Keberanian Tiga Gadis Muda Ini Dikagumi Dunia

Rabu, 10 Januari 2018 15:31 WIB

Malala Yousufzai, saat dirawat di rumah sakit Quen Elizabeth setelah kejadian penembakan pada dirinya (19/10). Malala Yousafzai hanya masuk dalam nominasi Nobel Perdamaian. AP

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga gadis muda ini dikagumi dunia lantaran keberanian mereka melawan ketidakadilan dan kekejaman kelompok bersenjata baik itu milisi maupun aparat negara. Perjuangan mereka menginspirasi dunia untuk mendorong penyelesaian konflik panjang dengan cara damai, meski tidak mudah.

Berikut tiga gadis muda yang tidak takut kehilangan nyawa demi menyuarakan sikapnya.

1. Malala Yousafzai.
Malala peraih Nobel Perdamaian termuda dengan berani melawan kelompok milisi Taliban yang melarang anak-anak perempuan bersekolah.

Seorang pria milisi Taliban dengan meggunakan topeng naik ke dalam bus yang membawa Malala dan beberapa siswa lainnya pulang dari sekolah di kota Mingora, Lembah Swat, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan 9 Oktober 2012.

Tokoh pendidikan muda Malala Yousafzai mengunggah foto dirinya dengan membawa kertas bertuliskan #Bring Back Our Girls, sebagai kampanye dukungan pembebasan 276 pelajar perempuan yang diculik oleh pasukan bersenjata kelompok Boko Haram di Nigeria pada April silam. Todaysparent.com

Pria itu menembak bagian kepala dan leher Malala dalam jarak dekat. Malala yang rajin membantu anak-anak seusianya untuk belajar, dilarikan ke rumah sakit militer di Peshawar. Namun Malala kemudian diterbangkan ke Inggris dengan ambulans udara United Arab Emirates ke Inggris.

Malala sudah pulih dan meraih beasiswa untuk kuliah di Universitas Oxford, Inggris sejak tahun 2017. Malala mengambil studi Philosophy, Politics, and Economy.

Baca: Ini Seragam Sekolah Malala saat Ditembak Taliban

Advertising
Advertising

2. Jana Jihad
Remaja Palestina yang tinggal di desa Nabi Saleh, Tepi Barat memilih sebagai jurnalis. Ia merekam peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar rumah dan kotanya bahkan hingga ke luar Palestina untuk membawa pesan tentang kekejaman Israel.

Profesi jurnalis ditekuninya saat usianya 7 tahun. Ia menggunakan video dari iPhone milik ibunya untuk merekam setiap peristiwa yang terjadi di desanya. Kematian dua saudaranya di Nabi Saleh memicu Janna semakin menekuni jurnalistik.

"Kamera saya senjata saya. Kamera lebih berdaya ketimbang senjata. Saya dapat mengirimkan pesan saya kepada orang-orang kecil dan mereka dapat mengirimkannya ke orang lain."

Ia menjadi jurnalis terinspirasi pamannya, Bilal Tamimi, fotografer yang mendokumentasikan kekerasan tentara Israel di Nabi Saleh. Ia gusar menyaksikan media internasional yang kurang banyak meliput tentang kekerasan yang dialami warga Palestina khususnya anak-anak dan perempuan.

"Tak banyak jurnalis mengirim pesan kami warga Palestina ke seluruh dunia. Jadi, saya pikir kenapa bukan saya yang mengirim pesan... dan menunjukkan kepada mereka apa yang sedang terjadi di desa saya," kata Janna seperti dikutip dari Al Jazeera, 28 April 2016.

Selain aktif meliput dan merekam peristiwa, Janna juga aktif di media sosial. Di Facebook, akunnya diikuti 22 ribu orang. Ia menyadari pesan perjuangan rakyat Palestina menghadapi Israel juga dapat disuarakan lewat media sosial.

Kecintaannya pada profesinya sebagai jurnalis semakin hari semakin besar. Saat ia dewasa, Janna mengaku ingin bekerja di CNN atau Fox News karena dua media ini dianggapnya tidak banyak bicara tentang Palestina.

Janna Jihad Ayyad. aljazeera.com

Baca: Kisah Jurnalis Anak Palestina Melawan Pendudukan Israel

3. Ahed Tamimi
Nama Ahed Tamimi menjadi icon perlawanan anak Palestina terhadap Israel. Remaja perempuan Palestina berusia 16 tahun ini tanpa takut menendang dan menampar wajah dua tentara Israel di dekat rumahnya di desa Nabi Saleh, Tepi Barat pertengahan Desember 2017.

Aksi berani berambut keriting pirang itu direkam dan beredar di media sosial yang membuat Israel marah.

Ahed Tamimi kemudian ditangkap bersama ibunya dan sepupunya pada 19 Desember 2017. Israel menuntutnya dengan 12 dakwaan dan Ahed akan diadili di pengadilan militer Israel dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara.

Ahed Tamimi. REUTERS

Ini kedua kalinya Ahed Tamimi menunjukkan keberaniannya melawan tentara Israel. Dua tahun lalu, Ahed Tamimi melakukan hal serupa, menampar tentara Israel yang bermaksud menangkap adik Ahed berusia 12 tahun.

Baca: Ahed Tamimi Remaja Palestina Penampar Tentara Didakwa 12 Tuntutan

Keberanian Ahed Tamimi melawan ketidakadilan dan pendudukan Israel menjadi perhatian dunia. Ia kemudian diganjar penghargaan Handala Courage Award dari Turki pada tahun 2012.

Berita terkait

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

7 menit lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

10 menit lalu

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

Ratusan mahasiswa Universitas Indonesia menggelar aksi solidaritas bagi warga Palestina dan mahasiswa di Amerika yang diberangus aparat.

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

37 menit lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Keluarkan Travel Warning ke Swedia Jelang Perhelatan Eurovision

1 jam lalu

Israel Keluarkan Travel Warning ke Swedia Jelang Perhelatan Eurovision

Israel mengeluarkan travel warning bagi warganya untuk tidak menghadiri kontes lagu Eurovision yang digelar di Malmo, Swedia, pekan depan

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

2 jam lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

4 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

8 jam lalu

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

Kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyerukan diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai intimidasi terhadap stafnya.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

9 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

14 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

15 jam lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya