Duterte Merasa Dihina Justin Trudeau di KTT ASEAN, Mengapa?

Rabu, 15 November 2017 12:24 WIB

Justin Trudeau menangis saat membacakan eulogi untuk vokalis Hip Gord Downie. Independent.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rodrigo Duterte menyatakan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau telah menghina dirinya dengan mengangkat isu hak asasi manusia dan pembunuhan ekstrajudisial dalam operasi pemberantasan narkoba di Filipina. Duterte mengatakan itu saat berbicara kepada wartawan di akhir pertemuan puncak negara-negara ASEAN dan Barat di Manila, Selasa, 14 November 2017.

Baca: Harapan dari Pertemuan Trump - Duterte: Jauh Panggang dari Api

"Saya bilang saya tidak akan menjelaskannya. Ini adalah penghinaan pribadi dan resmi. Saya hanya menjawab pertanyaan orang Filipina. Saya tidak akan menjawab omong kosong lain, terutama orang asing. Stop!"kata Duterte, seperti yang dilansir Reuters pada 14 November 2017.

Beberapa saat sebelum Duterte berbicara kepada pers, Trudeau menggelar konferensi pers mengenai pertemuannya dengan Duterte yang disebutnya sangat bersahabt dan positif. Duterte, ujarnya, mendengarkan masukannya tentang beberapa isu.

Baca: Dikritik Anggota Parlemen Uni Eropa, Duterte Meradang

Sejumlah aktivis hak asasi manusia mengharapkan KTT ASEAN ke 31 dan KTT ASEAN PLUS yang diikuti oleh Kanada, Australia dan Amerika Serikat itu akan mengangkat isu pembunuhan terhadap ribuan orang dalam operasi perang terhadap narkoba yang diluncurkan oleh Duterte setelah dia menjabat presiden pada pertengahan 2016.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tadinya diharapkan menekan Duterte mengenai isu perang narkoba , ternyata tidak menyuarakannya. Sebaliknya Trump menyebut dirinya dan Duterte berhubungan baik.

Baca: Demi Bantuan, Duterte Enggan Kritik Amerika Serikat

Advertising
Advertising

Pernyataan bersama setelah pertemuan tersebut hanya mengatakan kedua pihak menggarisbawahi bahwa HAM dan martabat kehidupan manusia sangat penting, dan setuju untuk terus mengarusutamakan agenda HAM dalam program nasional mereka.

Duterte mengecam pendahulu Trump, Barack Obama, tahun lalu karena mengemukakan kekhawatiran tentang perang melawan narkoba dan dia kemudian menyatakan bahwa dia memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, sekutu dekat Filipina sejak Perang Dunia II. Hubungan itu tampaknya telah kembali pulih setelah Trump jadi presiden.

Berita terkait

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Baca Selengkapnya

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden

Baca Selengkapnya

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.

Baca Selengkapnya

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte

Baca Selengkapnya

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres

Baca Selengkapnya

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19

Baca Selengkapnya

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.

Baca Selengkapnya

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.

Baca Selengkapnya