TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang dikenal sebagai kritikus keras Amerika Serikat, kini ‘terpaksa’ harus memuji Washington agar mau membantunya melawan kelompok teroris.
"Ada banyak faktor yang terlibat. Tapi saya lebih suka bersahabat dengan mereka sekarang," kata Duterte, seperti yang dilansir media The Star pada 30 September 2017.
Baca: Di Jakarta, Duterte-Jokowi Bahas Terpidana Mati Mary Jane
Pernyataan Duterte dibuat menyusul serangkaian bantuan militer Amerika dalam membantu militer negara itu memerangi milisi pemberontak Maute di Marawi, yang berafiliasi dengan ISIS. Maute menduduki kota selatan Marawi sejak tanggal 23 Mei, dan hingga kini militer Filipina masih memberlakukan operasi militer.
Baca: Duterte Akan Jumpa Jokowi di Jakarta Bahas Isu Laut
Amerika Serikat mengerahkan pesawat mata-mata Orion P-3 dan memberikan masukan intelijen kepada pasukan Filipina, yang mencoba merebut kembali kota itu dalam pertempuran yang menyebabkan lebih dari 900 orang tewas.
Duterte mengatakan dia tidak akan mengatakan bahwa Amerika adalah penyelamat Filipina, tapi sebagai sekutu yang membantu militernya.
"Dan bahkan sampai hari ini, mereka telah menyediakan peralatan penting bagi tentara kami di Marawi untuk memerangi para teroris. Jadi tanpa bantuan mereka kami akan mengalami kesulitan," kata Duterte. "Jadi kami ucapkan terima kasih."
Duterte menandai dimulainya masa jabatan enam tahun tahun lalu dengan serangkaian kritikan dan komentar kotor melawan Amerika Serikat.
Selama kunjungan ke Cina pada Oktober lalu, Duterte mengumumkan sempat mengucapkan perpisahannya dari Amerika Serikat dan menyatakan dia sedang mengatur kembali dengan Cina dan Rusia sebagai gantinya.
Namun menurut Duterte, saat itu dia tengah marah pada Barack Obama karena mengkritik perangnya terhadap obat-obatan terlarang.
THE STAR | YON DEMA