Ribuan Warga Korea Selatan Tolak Kunjungan Trump

Reporter

Yon Yoseph

Senin, 6 November 2017 20:00 WIB

Presiden A.S. Donald Trump bersama Menteri Pertahanan James Mattis dalam sebuah rapat kabinet di Gedung Putih di Washington, AS, 1 November 2017. REUTERS

TEMPO.CO, Seoul - Ribuan warga Korea Selatan berunjuk rasa menolak kunjungan Donald Trump. Pada unjuk rasa tersebut, mereka menyerukan perdamaian.

Trump, yang tiba di Tokyo pada Ahad, 5 November 2017, akan mengunjungi Korea Selatan dari Selasa, 7 November 2017 sampai Rabu, 8 November 2017 sebagai bagian dari lawatan pertamanya ke Asia sebagai kepala negara, termasuk ke Vietnam, Cina dan Filipina.

Baca: Bahas Korea Utara, Donald Trump akan ke Korea Selatan
Kim Jong Un mengunjungi sebuah pabrik di Pyongyang, 4 November 2017. Kantor berita Korea Utara (KCNA) merilis foto ini dirilis menjelang kedatangan presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Asia. KCNA via Reuters

Dia dijadwalkan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Moon Jae-In dan mengunjungi sebuah pangkalan militer Amerika, sekaligus membahas masalah Korea Utara dan pemimpinnya Kim Jong-un.

Ketegangan meningkat setelah Pyongyang melakukan uji coba atom keenam pada September 2017 dan uji coba beberapa rudal yang mampu mencapai daratan Amerika. Selain itu terjadi perang kata-kata kasar antara Trump dan Kim yang terus digencarkan dalam beberapa waktu terakhir.

Advertising
Advertising

Korea Selatan adalah sekutu utama Amerika dan menjadi rumah bagi 28.500 tentara Amerika. Banyak kritikus melihat bahwa ketegangan di Semenanjun Korea itu akibat ulah Trump sehingga berujung perang kata dengan Pyongyang.

"Kami menentang perang! Negosiasikan perdamaian! " kata demonstran di Seoul sambil melambaikan spanduk dan balon-balon yang bertuliskan damai.

Banyak yang menyalahkan Trump dan Kim karena perang kata-katanya telah meningkatkan risiko konflik. Seorang ibu yang anaknya bertugas wajib militer menuduh pemimpin Amerika Serikat itu membahayakan nyawa anaknya.

"Hatiku bergerak setiap Trump berkomentar tentang Korea Utara," katanya, seperti dilansir The Star pada 6 November 2017.

Jumlah massa yang hadir dalam aksi itu diperkirakan mencapai lebih dari 5 ribu orang.Sejumlah warga Jepang menyambut kedatangan Presiden AS Donald Trump di Kawagoe, Jepang, 5 November 2017. REUTERS/Issei Kato

Secara terpisah, sekelompok aktivis konservatif mengadakan demonstrasi menyambut Trump, mendesak Washington menggunakan senjata nuklir taktis di Korea Selatan untuk mencegah ancaman dari Korea Utara.

Baca: Pesawat Pengebom AS Melintas, Korea Utara: Memicu Perang Nuklir

Kebuntuan terakhir antara Trump dan Kim telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga Korea Selatan, yang selama beberapa dekade tumbuh acuh tak acuh terhadap ancaman serangan reguler dari Pyongyang.

Tetapi pilihan opsi militer Trump di Semenanjung Korea untuk menghentikan program nuklir Korea Utara, diperkirakan akan menyebabkan korban jiwa besar.

THE STAR

Berita terkait

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

2 jam lalu

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

Suap tas Dior istri Presiden Korsel yang mengguncang membuat jaksa agung turun tangan. Tim dibentuk untuk menyelidiki kasus ini.

Baca Selengkapnya

3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan

5 jam lalu

3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan

Korea Tourism Organization mencatat 902 pengaduan dari wisatawan selama tahun 2023

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

1 hari lalu

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

Gregoria Mariska Tunjung terus merebut poin di Uber Cup 2024

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

2 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya