9 Temuan PBB Pelanggaran HAM Militer Myanmar atas Rohingya

Reporter

Terjemahan

Editor

Budi Riza

Jumat, 13 Oktober 2017 19:30 WIB

Tumpukan puing-puing rumah warga Rohingya yang telah terbakar di sebuah desa di Maungdaw di utara negara bagian Rakhine di Myanmar, 12 September 2017. Militer Myanmar membakar desa-desa etnis Rohingya di Rakhine, setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos-pos polisi yang menewaskan 12 petugas pada 25 Agustus 2017. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jenewa – Perserikatan Bangsa Bangsa menyatakan serangan brutal terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine Utara dilakukan secara terorganisir, terkoordinasi dan sistematis.

Baca: Kofi Annan Laporkan Krisis Rohingya ke Dewan Keamanan PBB

Tujuan serangan ini tidak hanya untuk mengusir penduduk Rohingya dari Myanmar namun juga mencegah mereka kembali ke rumah-rumah dan desa mereka.

Baca: Myanmar Akhirnya Beri Bantuan Desa Rohingya yang Terisolir

Ini adalah temuan PBB dalam sebuah laporan yang dirilis pada Rabu 11 Oktober 2017.

Advertising
Advertising

Laporan yang disusun tim beranggotakan tiga orang staf Kantor HAM PBB atau Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (OHCHR) dibuat berdasarkan 65 wawancara terhadap individu dan kelompok pengungsi Rohingya di kamp pengungsian di Cox’s Bazar di perbatasan Bangladesh, yang dilaksanakan mulai dari 13 hingga 24 September 2017.

Berikut serangan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya berdasarkan temuan tim PBB:

  1. Menangkap dan menahan pria Rohingya antara usia 15-40 tahun tanpa adanya tuduhan dan surat perintah sebulan sebelum serangan 25 Agustus 2017.Keluarga korban penangkapan mengatakan tidak tahu bagaimana keadaan keluarganya yang ditangkap, apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal.
  1. Menangkap dan menahan para guru, pemimpin budaya dan agama, dan orang-orang lain yang berpengaruh dari etnis Rohingya dalam upaya mengurangi sejarah, budaya dan pengetahuan Rohingya.
  2. Militer Myanmar membakar masjid-masjid dan menghancurkan kitab suci umat Islam, Al-Qur’an, yang dibakar dan dirusak didepan penduduk desa. Salah seroang narasumber mengatakan penyerangan di desanya dilakukan beberapa hari sebelum 25 Agustus 2017.
  3. Militer Myanmar membakar rumah-rumah desa Rohingya dan menutup akses makanan, mata pencaharian dan melarang berbagai kegiatan sehari-hari warga.Rumah-rumah dibakar dengan menggunakan semacam peluncur granat roket. Korban menyebutkan api merambat dari rumah satu ke rumah lain dan menghancurkan seluruh pemukiman di desa.Relawan medis dari Indonesia dr Corona memeriksa kesehatan pengungsi Rohingya di tenda kesehatan Indonesia, Kamp Pengungsian Jamtoli, Cox Bazar, Bangladesh, 1 Oktober 2017. Sejumlah relawan berbagai organisasi yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) menyalurkan 1.000 paket bantuan kepada pengungsi Rohingya. ANTARA FOTO
  1. Militer Myanmar berulang kali melakukan penghinaan dan kekerasan sebelum, selama dan setelah 25 Agustus, untuk mengusir warga Rohingya di desa secara massal melalui hasutan untuk membenci etnis Rohingya, termasuk dengan menyatakan orang Rohingya sebagai orang Bengali dan penduduk ilegal di Myanmar serta melakukan kekerasan dan pembunuhan.
  2. Militer Myanmar menanamkan rasa takut yang dalam dan meluas serta trauma - fisik, emosional dan psikologis kepada para korban warga Rohingya melalui tindakan brutal, yakni pembunuhan, penghilangan, penyiksaan, dan pemerkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya.
  3. Militer Myanmar tidak pandang bulu dalam menyerang etnis Rohingya, termasuk anak-anak yang juga menjadi korban kekerasan seksual, penganiayaan dan pembunuhan.
  4. Beberapa narasumber menyebutkan beberapa etnis Rohingya secara sengaja dijebak di dalam rumah oleh militer Myanmar dan dibakar hidup-hidup.
  5. Militer Myanmar biasanya dengan warga umat Buddha tetangga desa Rohingya melakukan serangan dan sebagian diberikan seragam militer. Salah seorang narasumber mengatakan pernah bertemu dengan salah satu warga Buddha yang menyerang desanya di pasar.

Temuan tim PBB ini menunjukkan operasi pengusiran etnis Rohingya dari negara bagian Rakhine Utara sudah dimulai sebelum 25 Agustus saat kelompok milisi Penyelamatan Arakan Rohingya (ARSA) menyerang pos polisi Myanmar dan menewaskan sekitar 12 polisi Myanmar dan puluhan anggota ARSA.

Beberapa narasumber juga menyebutkan sebelumnya mereka mendapatkan peringatan dari pemerintah negara bagian Rakhine, Myanmar, dan disuruh untuk keluar dari desa atau mereka akan terbunuh.

Hal ini menunjukkan adanya perencanaan terorganisir, terkoordinasi dan sistematis dalam upaya mengusir etnis Rohingya dari Myanmar dan mencegahnya untuk kembali.

DWI NUR SANTI | OHCHR REPORT

Berita terkait

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

18 jam lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

2 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

3 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

4 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

4 hari lalu

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya