TEMPO.CO, Jakarta - Warga muslim etnis Rohingya di Myanmar mendapat bantuan persediaan makanan pertama pada Rabu 7 Oktober 2017 kemarin setelah pemerintah Myanmar mendapat tekanan dari masyarakat internasional.
Warga Rohingya telah berbulan-bulan mengalami kekurangan bahan makanan dan terancam keselamatannya dari warga desa beragama Budha di sekitarnya, yang menolaknya.
Baca: Kritik Rohingya Meluas, Oxford Turunkan Potret Aung San Suu Kyi
“Sebuah perahu tiba kemarin sore dengan karung-karung beras dan 6 anggota Palang Merah tiba di desa kami pagi ini,” kata Maung Maung, administrasi desa Rohingya Auh Nauk Pyin, kepada Reuters melalui telepon.
Maung Maung mengatakan ini pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir bantuan makanan dikirim ke desanya. “Bantuan ini tiba saat kami sedang kelaparan,” tambahnya.
Baca: Inggris: Krisis Kemanusiaan Rohingya Tidak Bisa Diterima
Menteri Bantuan Dan Transmigrasi Myanmar Win Myat Aye membenarkan bantuan telah tiba di desa Ah Nauk Pyin. Ia mengatakan pemerintah Myanmar akan membantu semua orang yang menderita.
“Kami akan membantu orang-orang ini secara berkelanjutan, sampai mereka dapat berdiri dengan kaki mereka sendiri. Tidak ada orang yang inin bergantung pada bantuan seumur hidupnya,” kata Win Myat Aye.+
Win Myat Aye telah beberapa kali mengunjungi Ah Nauk Pyin dengan pejabat pemerintah negara bagian Rakhine dan berjanji akan melindungi warga desa tersebut.
Lebih dari 519 ribu etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus lalu ketika militer Myanmar meluncurkan operasi yang disebut pejabat PBB sebagai operasi pembersihan etnis. Militer Myanmar dibantu kelompok milisi Budha melakukan operasi bumi hangus terhadap desa dan rumah warga Rohingya.
Myanmar menyangkal tuduhan tersebut dan menyatakan operasi dilakukan untuk melawan kelompok Penyelamatan Arakan Rohingya atau ARSA yang mereka cap sebagai teroris.
Ratusan ribu warga Rohingya yang masih tinggal di desa-desa terisolasi di Myanmar. Sejak Juli lalu akses bantuan ditutup dan mereka menghadapi kelaparan akibat bahan makanan yang semakin menyusut. Mereka juga tidak dapat keluar dari desa untuk mencari makanan karena ancaman warga desa Buddha yang tinggal di sekitarnya.
REUTERS | DWI NUR SANTI