8 Wanita Hindu Ungkap Kekejaman Milisi Rohingya, ARSA

Sabtu, 7 Oktober 2017 16:48 WIB

Kelopok stnis Rohingya menempati sebuah tempat penampungan usai kembali terjadinya serangan pada pemukiman merekan, di Kamp Pengungsi Terdaftar Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, 30 Agustus 2017. Serangan dan kekerasan pada etnis Rohingya kembali terja

TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 8 wanita Hindu Myanmar dan 8 anak-anak lainnya mengungkapkan kekejaman milisi muslim Rohingya atau ARSA. Pemerintah Myanmar pada Kamis, 5 Oktober 2017 mengatakan keenambelas orang tersebut merupakan korban penculikan ARSA yang dibawa ke kamp pengungsi di Bangladesh. Mereka telah memberikan rincian lebih lanjut saat mereka kembali ke Myanmar mengenai pembantaian penduduk desa Hindu di Rakhine utara.

Para wanita Hindu itu menuturkan, mereka melihat cara ARSA memaksa beberapa wanita Hindu muda untuk masuk Islam dan membawa mereka ke sebuah kamp pengungsi Muslim di negara tetangga Bangladesh. Mereka juga mengaku menyaksikan pembunuhan penduduk desa Yebaw Kya oleh ARSA.

Baca: Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Para wanita itu, berusia antara 15 sampai 25 tahun, menjelaskan, kepada pihak berwenang bahwa sekitar 500 gerilyawan Muslim yang dipimpin oleh orang asing berpakaian hitam dan seorang pria lokal bernama Noru Lauk dari desa Khamaungseik memasuki rumah mereka sekitar pukul 8 pagi pada 25 Agustus 2017. Mereka mengambil barang-barang berharga, termasuk perhiasan dan telepon genggam mereka.

Para milisi kepada para warga Hindu itu berujar: "Ini bukan desa Anda. Ini adalah wilayah kami. Kami adalah pemilik tunggal tanah ini. Anda sama saja dengan anggota Angkatan Bersenjata Myanmar dan anggota polisi. Kami akan membunuh umat Budha dan kalian semua yang menyembah patung-patung yang terbuat dari batu bata dan batu. "

Milisi ARASA kemudian membagi penduduk desa menjadi dua kelompok menurut jenis kelamin, mengikat tangan mereka, dan membawa mereka ke desa Bawtala.

Baca: Militer Myanmar Perkosa Wanita Rohingya, Ini Temuan Dokter PBB

Advertising
Advertising

"Mereka memotong leher orang-orang itu, mengiris tubuh mereka, dan melemparkannya ke lubang di dekatnya," demikian pernyataan wanita-wanita itu, seperti yang dilansir Radio Free Asia pada 6 Oktober 2017.

Wanita Hindu juga mengatakan ada 8 anak perempuan lainnya yang dianggap cantik oleh ARSA dipaksa untuk pindah agama ke Islam.

Kata para wanita itu, seorang anak laki-laki berusia 3 tahun bernama Phawlar, yang termasuk dalam kelompok tersebut, melihat milisi ARSA membunuh ayahnya. Umat ??Muslim setempat, yang namanya mereka ingat, menjaga beberapa gadis dan anak perempuan Hindu lainnya, sementara yang lainnya pergi untuk membakar markas polisi.

Setelah beberapa milisi kembali, mereka membawa 8 wanita Hindu dan anak-anak itu ke sebuah rumah di desa Bawtalar dan memaksa mereka untuk makan nasi dan daging sapi yang dilarang oleh agama mereka untuk dikonsumsi.

Baca: Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Milisi ARSA menginstruksikan para wanita Hindu tentang gaya hidup dan perilaku wanita Muslim sebelum membawa mereka ke perbatasan Bangladesh pada 27 Agustus, tempat mereka melewati kawat berduri dan menghabiskan malam di sebuah bukit sehingga mereka tidak dapat dideteksi oleh penjaga perbatasan Bangladesh.

Para wanita itu tiba di kamp pengungsi Kutuparlaung, Bangladesh pada 28 Agustus dan dipaksa mengenakan burqa. Kemudian pada hari itu, ketika media asing melakukan wawancara di kamp tersebut, ARSA memaksa orang-orang Hindu untuk berbohong dan mengatakan bahwa keluarga mereka dibunuh oleh tentara Myanmar dan etnis Budha Rakhine.

Beruntung 8 wanita itu berhasil menghindari penganiayaan dan kembali ke Myanmar dengan seorang pendamping polisi menyusul permintaan pemerintah Myanmar dan instruksi pemimpin de facto Aung San Suu Kyi untuk membawa mereka kembali.

ARSA sebelumnya mengaku telah melakukan serangan mematikan di 30 pos polisi dan sebuah fasilitas tentara pada 25 Agustus di negara bagian Rakhine utara. Serangan itu memicu balasan dari militer sehingga menyebabkan 500 ribu etnis Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh.

Baca: Derita Orang Tua Rohingya di Kamp Pengungsi Bangladesh

Warga Hindu Rakhine dan pemerintah Myanmar pada akhir September lalu mengatakan gerilyawan ARSA menahan hampir 100 orang dari beberapa desa Hindu dan membunuh sebagian besar dari mereka, dan membuang mayat mereka di kuburan massal.

Pasukan keamanan Myanmar menemukan kuburan massal tersebut pada 24 dan 25 September. Lima puluh dua orang Hindu terbunuh, dan 192 lainnya masih hilang.

Myanmar telah lama meminggirkan Rohingya, yang dianggap sebagai imigran gelap dari Bangladesh dan menolak kewarganegaraannya, meskipun banyak telah tinggal di negara ini selama beberapa dekade. Mereka tunduk pada diskriminasi sistematis dan ditutup aksesnya terhadap pekerjaan dan layanan dasar.
RADIO FREE ASIA|YON DEMA

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

23 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.

Baca Selengkapnya

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya

Baca Selengkapnya