TEMPO.CO, Jakarta -Starbucks Corp mengkonfirmasi pada Senin, 23 Mei 2022, bahwa mereka akan keluar dari pasar Rusia setelah beroperasi selama hampir 15 tahun.
Keputusan Starbucks menyusul kebijakan McDonald's Corp baru-baru ini, yang menandai berakhirnya kehadiran beberapa merek top Barat di Rusia.
Starbucks yang berbasis di Seattle memiliki 130 toko di Rusia. Rantai kopi terbesar itu dioperasikan oleh pemegang lisensi Alshaya Group, dengan hampir 2.000 karyawan di negara tersebut.
Keputusan Starbucks untuk menghentikan operasinya di Rusia berbeda dengan pendekatan yang dilakukan beberapa perusahaan asing lainnya.
McDonald's pekan lalu mengatakan pihaknya menjual restorannya di Rusia kepada pemegang lisensi lokal Alexander Govor untuk diganti namanya dengan nama baru, tetapi akan mempertahankan merek dagangnya.
Baca juga:
Sementara Renault Prancis menjual saham mayoritasnya di produsen mobil terbesar Rusia dengan opsi untuk membeli kembali sahamnya.
Sejumlah perusahaan Barat lainnya, termasuk Imperial Brands dan Shell, memutuskan hubungan dengan pasar Rusia dengan menyetujui untuk menjual aset mereka di negara tersebut atau menyerahkannya kepada manajer lokal.
Starbucks menutup tokonya pada Maret, dan menangguhkan semua aktivitas bisnis di Rusia, termasuk pengiriman produknya ke negara itu. Kebijakan itu disebabkan oleh invasi Moskow ke Ukraina.
Perusahaan, yang membuka gerai pertamanya di Rusia pada 2007, mengatakan akan terus mendukung karyawannya di sana, termasuk membayar mereka selama enam bulan.
Starbucks tidak memberikan perincian tentang dampak keuangan dari keluarnya perusahaan tersebut dari Rusia. McDonald's telah mengatakan akan mengambil biaya non-tunai terutama hingga US$ 1,4 miliar.
Baca juga: McDonald's Jual Bisnisnya di Rusia akibat Invasi Putin ke Ukraina
SUMBER: REUTERS