Sebuah mobil melintas saat api membakar hutan di Haifa, Israel, 24 November 2016. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menduga kebakaran yang terjadi di seluruh Israel itu merupakan tragedi yang disengaja. REUTERS/Gil Eliyahu
TEMPO.CO, Yerusalem - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menduga kebakaran yang terjadi di Israel disengaja. Ia meminta pelaku pembakaran dianggap sama dengan teroris. "Setiap api yang disebabkan pembakaran atau karena hasutan untuk membakar adalah tindakan terorisme, dan kami akan menghadapinya," ucapnya, seperti dilansir Haaretz, Kamis, 24 November 2016.
Ia mengatakan pemerintah Israel akan bersikap tegas terhadap para pelaku. "Siapa pun yang mencoba membakar bagian dari Negara Israel akan dihukum berat," ujar Netanyahu.
Menteri Dalam Negeri Gilad Erdan menuturkan jelas terlihat bahwa beberapa kebakaran terjadi karena disengaja. Menurut dia, beberapa orang yang diduga pelaku telah ditangkap. "Kami telah membentuk tim untuk menginvestigasi penyebab tiap kebakaran," ucapnya.
Erdan berjanji, investigasi akan dilakukan secara menyeluruh. Selain itu, hukuman akan dijatuhkan tidak hanya kepada pelaku pembakaran, tapi juga kepada orang-orang di media sosial menghasut orang lain untuk ikut membakar.
Kepala Kepolisian Israel Roni Alsheich mengatakan Shin Bet (Badan Keamanan Israel) dan kepolisian telah menahan sejumlah tersangka atas dugaan aksi pembakaran pada Kamis sore. Ia menegaskan, tidak semua kebakaran disengaja. "Rumor ini (kebakaran disengaja) akan dimanfaatkan pihak yang memang ingin menyebabkan teror," ujarnya.
Hingga Kamis sore, setidaknya 132 orang terluka dan dievakuasi dari Haifa. Umumnya, mereka menderita karena menghirup asap kebakaran. Selain itu, 57 orang berada di Rumah Sakit Rambam, 44 orang dirawat di RS Carmel, serta 31 orang, termasuk tiga anak-anak dan bayi usia 6 bulan, dibawa ke RS Bnei Tzion.