Akibat Peretasan, CIA Tarik Agennya dari Beijing  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Kamis, 1 Oktober 2015 22:32 WIB

Markas besar CIA di Langley, Virginia. yaleinwashington.com

TEMPO.CO, Washington - Badan Intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) menarik sejumlah agennya dari Kedutaan Besar AS di Beijing. Menurut pejabat dan mantan pejabat Amerika, seperti dilansir Washington Post 29 September 2015, ini sebagai langkah pencegahan akibat peretasan terhadap data pribadi karyawan federal.

Langkah CIA ini merupakan dampak nyata dari penerobosan tersebut, salah satu dari dua peretasan utama ke komputer Kantor Manajemen Personalia (OPM) yang diungkapkan media awal tahun ini. Para pejabat Amerika mengaitkan peretasan itu dengan aksi oleh pemerintah Cina.

Pejabat Amerika mengidentifikasi pencurian dokumen melalui peretasan itu sebagai spionase politik yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi mata-mata dan orang yang mungkin direkrut sebagai mata-mata atau bisa diperas untuk memberikan informasi yang berguna.

Karena catatan di Kantor Manajemen Personalia mengandung pemeriksaan latar belakang karyawan Departemen Luar Negeri, pejabat pemerintah AS mengatakan, Cina bisa membandingkan catatan-catatan itu dengan daftar personel di kedutaan. Siapa saja yang tidak ada dalam daftar itu bisa jadi adalah agen CIA.

Penarikan dari Beijing itu dimaksudkan untuk melindungi personelnya yang mungkin bisa dikenali sebagai hasil dari peretasan itu, kata para pejabat yang berbicara secara anonim.

Saat ditanya Washington Post soal berita, CIA menolak berkomentar.

Pejabat senior bidang pertahanan dan intelijen, 29 September 2015 lalu mencoba untuk menjelaskan kepada komite parlemen soal bagaimana pemerintah menghadapi penerobosan di dunia digital, atau gangguan di dunia siber ini.

Direktur Intelijen Nasional James Clapper R. Jr., bersaksi di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat dan berusaha untuk membuat perbedaan antara peretasan terhadap Kantor Manajemen Personalia dan pencurian di dunia siber terkait rahasia perusahaan AS untuk menguntungkan industri negara lain. Apa yang terjadi dalam kasus OPM itu, kata Clapper, bukan serangan: "Sebaliknya, itu bentuk pencurian atau spionase" Dan, kata Clapper, "kami juga melakukan cyberespionage dan kami tidak seburuk itu.

Clapper berpendapat, tidak bijak jika Amerika Serikat mencari cara menghukum negara lain atas sesuatu yang juga dilakukan oleh lintelijen kita sendiri. "Saya pikir itu ide yang baik untuk setidaknya berpikir tentang melihat tentang orang-orang yang tinggal di rumah-rumah kaca yang tidak harus melemparkan batu."

John McCain, Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, menanggapinya dengan mengatakan, "Jadi, tidak apa-apa bagi mereka untuk mencuri rahasia yang paling penting kita karena kita hidup di sebuah rumah kaca? Itu mengejutkan. "

Clapper memprotes McCain dengan mengatakan bahwa dia tidak mengatakan itu hal yang baik. "Saya hanya mengatakan bahwa kedua negara terlibat dalam hal ini," katanya.

Risiko kontraintelijen dari penerobosan OPM, kata Clapper, signifikan. Dia mencatat bahwa badan-badan intelijen tidak tahu secara spesifik catatan apa yang diambil dari peretasan itu. Tetapi skala ancamannya memiliki implikasi yang sangat serius dari sudut pandang komunitas intelijen dan berpotensi bisa mengidentifikasi orang-orang "yang mungkin menjalankan tugas penyamaran."

WASHINGTON POST | ABDUL MANAN

Video Terkait:

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya