Ahmed, Bocah Pembuat Jam, Dilirik MIT dan Harvard  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Sabtu, 19 September 2015 19:15 WIB

Ahmed Mohamed, sempat diinterogasi dan ditahan polisi, serta mendapatkan hukuman skors tiga hari dari sekolah. Menurut Ahmed ia membawa jam tersebut ke sekolah untuk menunjukkan karyanya kepada seorang guru. Vernon Bryant/The Dallas Morning News via AP

TEMPO.CO, Texas - Ahmed Mohamed, bocah pembuat jam yang dikira bom oleh guru dan polisi Amerika, kini menjadi rebutan universitas-universitas mentereng kelas dunia.

Sebut saja Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan Harvard. Kedua universitas ternama itu berebut untuk mendapatkan remaja yang ditahan setelah gurunya mengira jam digital buatannya adalah bom.

Ahmed memperoleh dukungan luar biasa setelah kejadian di SMA MacArthur, Texas, yang melihat dia diborgol dan dibawa ke pusat tahanan remaja, Rabu lalu.

Remaja keturunan Sudan berusia 14 tahun itu membawa jam yang dipasangnya pada papan sirkuit dan menggunakan kabel lama yang ditemukan di garasi ayahnya.

Seorang gurunya mengira Ahmed membawa bom ke dalam kelas dan guru Matematika itu melapor ke polisi. Namun, pengalaman buruk itu membawa berkah bagi Ahmed.

Perguruan tinggi teknologi terkemuka Amerika Serikat kini bersaing untuk mendapatkan siswa inovatif itu.

Dalam wawancara lintas langsung dengan stasiun televisi MSNBC, staf pengajar Departemen Fisika MIT Chanda Prescod-Weinstein menyebut Ahmed siswa ideal.
"Anda siswa ideal saya. Orang kreatif seperti kamu layak untuk menjadi ahli fisika," kata Chanda.

Dia juga mengundang Ahmed mengunjungi MIT dan berkatamantan penasehatnya di Universitas Harvard juga ingin membawa remaja itu mengunjungi bagian astrofisika mereka.

Penawaran juga diterima dari dunia jaringan sosial.

Menulis dalam akun resmi Facebook-nya, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan: "Memiliki keterampilan dan cita-cita untuk membuat sesuatu yang menarik seharusnya mendapat pujian, bukan ditahan. Masa depan adalah milik orang seperti Ahmed. Ahmed, jika kamu datang ke Facebook, saya senang jika bisa bertemu kamu. Lanjutkan membangun."

Twitter juga menghubungi Ahmed dengan menulis: "Kami suka menghasilkan sesuatu di Twitter. Sudikah Anda melakukan sesuatu bersama kami? Kami senang jika dapat melakukannya! "

Google juga mengirim pesan kepada remaja tersebut dengan mengatakan, ia menyediakan tempat untuk Ahmed di festival sains yang dimulai hari ini dengan berkata: "Bawa jam bersama!"

Ilmuwan Badan Administrasi Antariksa Amerika Serikat (NASA) turut mengajak remaja itu mengunjungi laboratorium mereka.

Ahmed, ketika berbicara pada konferensi pers mengenai penahanannya mengatakan: "Saya sudah dapat melihat dunia nyata. Saya tidak bisa melihat dunia seperti saya lihat sebelumnya. Saya menyukai sains. Tapi saya lihat ini menjadi ancaman karena warna kulit saya. "

Ayahnya, Mohamed Elhassan Mohamed, mengatakan, dia percaya kejadian itu ada kaitannya dengan agama.

"Anak saya sangat kecewa. Dia ingin menjadi seperti Einstein. Dia banyak ide. Tak ada sekelumit niat jahat dalam dirinya. Saya percaya kejadian ini terjadi karena Islamofobia dan dampak dari 11 September, "katanya.

INDEPENDENT | YON DEMA


Baca juga:
Mau Menikah Bulan Mei, Ini Pengakuan Terus Terang Luna Maya
Guru Cantik di SMA Mundur Setelah Berpose Tak Patut di Video

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya