Ini Kalimat Terakhir Aylan Kurdi, Balita Suriah, Sebelum Tewas

Reporter

Minggu, 6 September 2015 19:15 WIB

Seniman India, Sudarsan Pattnaik, membangun patung pasir menggambarkan jasad bocah imigran Suriah yang tewas, Aylan Kurdi di Pantai Puri, India, 4 September 2015. Foto Aylan Kurdi, berbaring di pantai di Bodrum, Turki, telah memicu gelombang emosi di seluruh benua. ASIT KUMAR/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Foto tubuh kecil Aylan Kurdi, 3 tahun, yang tewas tenggelam dan terdampar di sebuah pantai di Turki, sempat menyentakkan dunia. Muhamad, 47 tahun, paman Aylan, menceritakan, detik-detik sebelum tewas, balita itu sempat menyampaikan agar ayahnya tak mati. "Daddy, jangan mati," kata Muhamad menirukan pernyataan Abdullah, ayah Aylan, seperti dikutip Dailymail.co.uk, Ahad, 6 September 2015.

Aylan; kakaknya, Galib, 5 tahun; dan ibunya, Rehana, 35 tahun; tewas tenggelam setelah kapal yang ditumpangi keluarga Abdullah diempas ombak saat melalui Laut Aegea menuju Yunani. Saat itu, udara dingin malam menyengat kulit dan langit gelap gulita. Tiba-tiba ombak besar menghantam kapal yang membuatnya terbalik.

Abdullah telah berupaya merengkuh kedua putranya, tapi gagal. "Dia berusaha dengan seluruh kekuatan mendorong kedua anaknya ke atas permukaan agar selamat. Dan mereka berteriak: ‘Daddy, jangan mati’," ujar Fatima Kurdi, bibi Aylan, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.

Setelah Abdullah mengetahui Galip telah meninggal, dia membiarkan anaknya hanyut dan berusaha menyelamatkan anaknya yang lain, Aylan. Namun harapan Abdullah pupus setelah melihat darah mengalir dari mata anak itu dan air laut dingin itu juga menghanyutkannya. “Ia memejamkan matanya dan membiarkan mereka," tutur Fatima.

Kemudian Abdullah mencari-cari istrinya. Tak berapa lama, dia menemukan istrinya mengambang di air. "Abdullah mengatakan: ‘Saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk menyelamatkan mereka. Namun saya tidak mampu’,” ucap Fatima menirukan Abdullah.

Abdullah merupakan imigran gelap menuju Jerman untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Warga negara Suriah ini mengeluarkan uang US$ 5.000 kepada penyelundup untuk membawa keluarganya keluar dari Turki. Selama di Turki, Abdullah bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Namun profesi itu tak bisa memberikan kehidupan yang cukup.

Sebelumnya, Abdullah bersama keluarga tinggal di Kobane, daerah perbatasan Suriah dan Turki. Mereka menempati dua kamar di rumah mertuanya. Namun, selama di Kobane, kehidupan mereka dipenuhi ketakutan setelah kelompok teroris, ISIS, sering meneror mereka. "Hampir semua warga Kobane melarikan diri ke Turki, tak ada yang betah tinggal di sana. Suasananya mengerikan," kata Muhammad.

DAILYMAIL | TELEGRAPH | EKO ARI

Baca juga:

Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

2 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

21 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

22 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

30 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

31 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

33 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

33 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

34 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

34 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

34 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya