Umat Ultra-Ortodoks Yahudi berdoa saat unjuk rasa menentang pembukaan Big Mode Shopping Center di Asdod, Israel, 18 Mei 2015. Mereka menentang pusat perbelanjaan tersebut karena dinilai sebagai paham sekuler. REUTERS/Amir Cohen
TEMPO.CO, Yarusalem - Pemerintah Kota Praja Yerusalem akan menutup pertokoan di kota tersebut setiap Sabtu untuk menghormati Hari Sabat bagi umat Yahudi. Rencana tersebut membuat para pemilik toko di sana marah. Mereka menuduh para pejabat mendapatkan tekanan dari Yahudi ultra-ortodoks.
Sebelumnya, pemerintah kota pada Rabu, 19 Agustus 2015, mengumumkan kepada publik bahwa seluruh pertokoan akan ditutup setiap Sabtu yang akan dimulai bulan depan.
Menurut kaum Yahudi, seluruh aktivitas perdagangan tak boleh dilakukan pada Hari Sabat, tapi tak semua hukum tersebut dipatuhi. Adapun Yahudi ultra-ortodoks sangat memegang teguh ajaran ini sehingga mereka tidak bekerja pada setiap Sabtu.
Sebuah peristiwa yang pernah dilaporkan media Israel menyebutkan, pertandingan sepak bola yang mempertemukan klub divisi pertama di negeri itu terpaksa ditunda karena jadwal laga jatuh pada Sabtu.
Anggota Dewan Kota Yerusalem yang membidangi masalah bisnis, Einav Bar, mengatakan kepada AFP, para pemilik bisnis besar akan menggugat keputusan pemerintah kota ke pengadilan terkait dengan perintah penutupan pertokoan.
"Pemerintah kota sama sekali tidak memberikan penjelasan mengenai kebijaksanaan baru tersebut. Kebijakan itu tak lebih dari sebuah deal politik antara Wali Kota Nir Barkat dengan faksi ultra-ortodoks," Bar menulis di status Facebook.
Pemerintah Kota Praja Yerusalem menyatakan tak gentar dengan ancaman gugatan ke pengadilan terkait dengan pelarangan perdagangan di Hari Sabat.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.