Gedung Putih Peringatkan Cina Soal Aksi Agennya di AS  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Jumat, 21 Agustus 2015 09:25 WIB

Xi Jinping. REUTERS/Jason Lee

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Barack Obama telah menyampaikan peringatan kepada Beijing tentang agen penegak hukum pemerintah Cina yang beroperasi diam-diam di Amerika Serikat untuk menekan orang asing terkemuka. Beberapa di antaranya dicari di Cina atas tuduhan korupsi serta diminta untuk segera pulang ke negaranya.

Menurut New York Times, dalam edisi 16 Agustus 2015, pejabat Amerika mengatakan bahwa agen Cina ini merupakan bagian dari kampanye global Presiden Cina Beijing untuk memburu dan memulangkan buronan Cina dan, dalam beberapa kasus, menarik kembali uang haram yang mereka curi. Pemerintah Cina memberi nama operasi itu dengan Operation Fox Hunt (Operasi Perburuan Rubah).

Peringatan Amerika, yang disampaikan kepada pejabat Cina dalam beberapa pekan terakhir dan menuntut penghentian kegiatan tersebut, mencerminkan kemarahan yang semakin tinggi di Washington tentang taktik intimidasi yang digunakan oleh para agen tersebut.

Peringatan ini juga terjadi saat ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat atas sejumlah isu: dari pencurian file data personel pegawai pemerintah di mana pejabat Amerika menduga ini didalangi Cina, tindakan keras Cina terhadap isu kebebasan sipil, serta kebijakan devaluasi mata uang yang dilakukannya.

Apa yang dilakukan para agen ini seperti praktek rutin pengumpulan intelijen rahasia pemerintah yang sudah dilakukan Amerika Serikat dan Cina selama beberapa dekade. Badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA), memiliki mata-mata di Cina dan Cina memiliki intel di Amerika Serikat untuk mencuri informasi rahasia terkait politik, ekonomi, militer dan industri.

Menurut pejabat Amerika yang bicara secara anonim, agen yang menyamar itu bekerja di bawah Kementerian Keamanan Publik, cabang penegakan hukum Cina yang bertanggung jawab atas Operation Fox Hunt.

Kampanye perburuan terhadap koruptor secara global, yang menjadi elemen sentral pertempuran Xi Jinping melawan korupsi, populer di masyarakat Cina. Sejak 2014, menurut Departemen Keamanan Publik, lebih dari 930 tersangka telah dipulangkan, termasuk lebih dari 70 yang telah kembali tahun ini secara sukarela, kata situs kementerian itu Juni lalu. Laporan media Cina juga menyebutkan, para agen itu telah dikirim ke seluruh dunia.

Para pejabat Amerika mengatakan mereka memiliki bukti kuat bahwa agen Cina -yang kemungkinan besar masuk ke negara itu sebagai turis atau menggunakan visa perdagangan - menggunakan berbagai taktik keras untuk mendapatkan buronannya kembali ke negaranya. Gangguan, termasuk ancaman terhadap anggota keluarganya di Cina, telah meningkat belakangan ini, kata para pejabat AS. Para pejabat itu menolak untuk memberikan bukti spesifik kegiatan para agen.

Amerika Serikat juga memiliki sejarah tersendiri mengirim agen rahasia ke negara-negara lain - kadang-kadang di bawah perintah untuk menculik atau membunuh. Pada tahun-tahun setelah serangan 11 September 2001, CIA mengirimkan tim ke luar negeri untuk menangkap tokoh Al-Qaeda untuk dikirim ke penjara rahasia CIA atau menyerahkannya kepada pemerintah lain untuk diinterogasi.

Baik Departemen Keamanan Publik maupun Kementerian Luar Negeri Cina belum merespons saat ditanya New York Times soal langkah terbaru Gedung Putih ini. Namun para pejabat Cina selama ini sering mengatakan soal upaya global mereka untuk melacak buron ekonomi, dan media berita telah menampilkan laporan yang merinci tujuan dan keberhasilan Operation Fox Hunt ini.

Menurut media berita Cina, Beijing telah mengirim puluhan agen keamanan luar negeri untuk "membujuk" target mereka untuk kembali ke negaranya. Soal bagaimana mereka berusaha mencapai tujuan tersebut, itu yang tidak jelas.

Liu Dong, direktur Operasi Fox Hunt, mengatakan agen Cina harus mematuhi hukum lokal di luar negeri dan mereka bergantung pada kerja sama dengan polisi di negara-negara lain, kata laporan berita tahun lalu. Namun ia menambahkan, "Prinsip kami adalah demikian: Apakah ada atau tidak ada kesepakatan di tempat, asalkan ada informasi bahwa ada seorang tersangka kriminal, kami akan mengejar mereka di sana. Kami akan melakukan pekerjaan kami terhadap mereka, di mana saja."

Tidak jelas apakah F.B.I. atau Departemen Dalam Negeri telah menganjurkan pemerintahan Obama untuk mengusir agen Cina tersebut. F.B.I. dan Departemen Dalam Negeri bertugas melacak kegiatan agen pemerintah asing di Amerika Serikat, dan para pejabat Amerika mengatakan bahwa kedua lembaga tersebut telah mengumpulkan bukti-bukti tentang agen penegak hukum Cina itu setelah berbicara dengan ekspatriat Cina dan dengan memantau aktivitas para agen itu.

Cina dan Amerika Serikat tidak memiliki perjanjian ekstradisi. Mark Toner, juru bicara Departemen Luar Negeri, menolak berkomentar tentang peringatan diplomatik tetapi mengatakan bahwa "secara umum, agen penegak hukum asing tidak diizinkan beroperasi di Amerika Serikat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Jaksa Agung."

Merupakan tindak pidana, katanya, "bagi seorang individu, selain petugas diplomatik atau konsuler atau atase, bertindak di Amerika Serikat sebagai agen dari kekuatan asing tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Jaksa Agung."

Marc Raimondi, seorang juru bicara Departemen Kehakiman, mengatakan bahwa "Amerika Serikat bukan surga untuk buronan dari negara mana pun." Namun dia menambahkan bahwa jika Amerika akan membantu Cina memburu buronan, Beijing harus memberikan bukti untuk Departemen Kehakiman. Tapi seringkali, kata Raimondi, "Cina belum memberikan bukti yang kami minta."

Agen itu digambarkan sebagai sebagian besar masih muda, sangat terampil dan telah berulang kali ditugaskan secara cepat sejak kampanye ini dimulai tahun lalu. "Dalam 49 jam, mereka dapat melakukan penangkapan mereka di mana saja di dunia," kata sebuah laporan yang diterbitkan situs Kementerian Keamanan Publik Cina.

Pernyataan resmi tersebut, yang sepertinya lebih ditujukan untuk khalayak domestik, memicu kekhawatiran di luar negeri. Sebab, agen Cina dilarang melakukan penangkapan di negara orang, termasuk di negara tujuan utama para buronan itu: Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Negara-negara itu, serta sejumlah negara lain, tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Cina.

Cina mengatakan pihaknya mematuhi hukum negara setempat. Namun pada bulan Desember, dua petugas polisi Cina tertangkap beroperasi di Australia tanpa izin dari otoritas lokal. Para petugas itu telah melakukan perjalanan ke Melbourne untuk mengejar seorang warga Cina yang dituduh menerima suap, kata laporan itu. Pejabat Australia segera memanggil diplomat dari Kedutaan Besar Cina di Canberra untuk menyampaikan kekecewaan mereka, kata juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.

NEW YORK TIMES | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya