WNI Yunani Atasi Krisis dengan Berjualan Tempe  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Sabtu, 4 Juli 2015 13:56 WIB

Ngadinem Sansuwito, warga negara Indonesia di Yunani, berjualan tempe untuk menambah penghasilan di tengah krisis negeri itu. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Athena - Di tengah krisis ekonomi yang melanda Yunani, Ngadinem Sansuwito, warga negara Indonesia asal Cilacap, Jawa Tengah, mengaku lebih beruntung dari teman-temannya.

Dia bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di Negeri Para Dewa-Dewi itu sejak 2004 atau sudah sebelas tahun. Sejak gajinya dipotong 25 persen pada 2012, dia membuat tempe, tahu, dan telur asin sebagai penambah penghasilan.

Alhamdulillah laris manis,” kata Ngadinem yang dihubungi Tempo melalui media sosial Facebook, Jumat, 3 Juli 2015.

Dari penjualan tempe, dia bisa memperoleh tambahan 300-400 euro (sekitar Rp 4,5-6 juta). Tempe dia jual dengan harga per potong 1,2 euro (sekitar Rp 18 ribu), sedangkan tahu 8 euro (sekitar Rp 119 ribu) per kilogram yang berisi tiga potong.

Konsumennya adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di Athena, atau bisa juga memesan lewat akun Facebook-nya, Tempe Sidodadi. Selain dibungkus plastik, tempe buatan Ngadinem juga ada yang dibungkus daun. Ngadinem menggunakan daun murberry sebagai pengganti daun pisang. Sering kali pesanan lewat Facebook begitu banyak hingga Ngadinem tidak mampu memenuhinya.

Majikan Ngadinem tinggal di Drafi, masih di wilayah Athena, sekitar 45 menit dari pusat kota dengan Metro. Menurut Ngadinem, situasi krisis mulai terasa sejak 2011 dan semakin memburuk pada 2012. Banyak di antara mereka yang gajinya diturunkan sebanyak 20 persen. Itu pun masih lebih baik ketimbang dipecat.

Dia pasrah gajinya dipotong lantaran majikannya juga bernasib sama. “Bos saya saja kena potong gaji hampir 60 persen dari pertama kali penurunan gaji pada 2011,” ujarnya. “Mereka sudah tiga kali bertahap menurunkan gaji.”

Menurut Ngadinem, sebelum krisis majikan Ngadimen memiliki gaji 5.500 euro, kini hanya berkisar 2.000 euro. “Menurut nyonya saya saja, bahkan tinggal 1.000 euro. Seperti halnya petugas pemadam kebakaran di sini, gaji mereka hanya 1.000-1.200 euro,” tutur Ngadinem. Adapun rata-rata penghasilan WNI yang menjadi penata rumah tangga sekitar 500-700 euro (sekitar Rp 7,4-10,4 juta).

Meski demikian, menurut Ngadinem, krisis tidak terlalu berdampak pada keseharian masyarakat Yunani. “Yang krisis negaranya, bukan rakyatnya,” ucap Ngadinem.

Bagi pengangguran yang memenuhi syarat juga dapat mengajukan bantuan dari organisasi tenaga kerja pemerintah OAED sebesar 350-450 euro (sekitar Rp 5,2-6,7 juta). “Banyak juga warga asing mengambil kesempatan ini. Hingga akhirnya OAED tidak mampu memberikan bantuan tersebut sejak 2014,” kata Ngadinem.

Dampak bagi WNI, selain ada yang dipecat, dipotong gaji, atau belum mendapat gaji, adalah susah mencari pekerjaan. Kesulitan tersebut makin terasa dan kian parah pada minggu-minggu ini.

Sejak Senin kemarin, bank-bank tutup, ATM dibatasi penarikannya 60 euro (sekitar Rp 889 ribu) per hari, dan jasa pengiriman uang juga tutup sehingga masyarakat Indonesia di Yunani untuk sementara tidak bisa mengirim uang. Transaksi sementara diblokir dari bank pusat. “Harus sangat berhemat. Sembako ada tapi uang tidak ada,” ujar Ngadinem.

Ngadinem melihat masyarakat Yunani yang biasanya konsumtif mulai sangat berhemat. Mereka berbelanja untuk keperluan satu bulan ke depan. Warga negara Indonesia di Yunani juga ikut berhemat serta prihatin. “Bulan ini hampir semua gaji ditunda dengan alasan tidak ada uang,” tuturnya.

Ngadinem mengaku sangat bersyukur karena majikannya sudah menyiapkan gaji sejak awal sebelum bank tutup pada Senin kemarin. Gaji yang biasanya ditransfer oleh majikan sudah diberikan tunai.

NATALIA SANTI



Berita terkait

Cerita Aksi Petani dan Peternak Yunani Bawa Traktor ke Gedung Parlemen di Athena

23 Februari 2024

Cerita Aksi Petani dan Peternak Yunani Bawa Traktor ke Gedung Parlemen di Athena

Aksi petani dan peternak di Yunani dalam rangkaian demonstrasi besar selama 2 hari menyuarakan tentang kesejahteraan mereka yang belum terjamin.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Presiden Yunanai Mengunjungi Turki

22 Mei 2017

Pertama Kali, Presiden Yunanai Mengunjungi Turki

Presiden Pavlopoulos akan mengunjungi Ecumenical Patriarchate, gereja ortodoks di Istanbul.

Baca Selengkapnya

Kereta Api Menabrak Rumah di Yunani, 3 Tewas  

14 Mei 2017

Kereta Api Menabrak Rumah di Yunani, 3 Tewas  

Belum diketahui penyebab kereta api keluar dari rel.

Baca Selengkapnya

Yunani: Turki Berharap Tentaranya Diekstradisi

25 Februari 2017

Yunani: Turki Berharap Tentaranya Diekstradisi

Delapan anggota militer Turki terbang ke Yunani dengan helikopter pada 2016 usai gagal melancarkan kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Baca Selengkapnya

Bom 226 Kg Ditemukan, 75 Ribu Warga Yunani Dievakuasi

12 Februari 2017

Bom 226 Kg Ditemukan, 75 Ribu Warga Yunani Dievakuasi

Sekitar 75 ribu penduduk Thessaloniki, kota terbesar kedua Yunani mulai dievakuasi setelah ditemukan bom sebesar 226 kilogram.

Baca Selengkapnya

Yunani Batalkan Ekstradisi Tersangka Kudeta ke Turki

27 Januari 2017

Yunani Batalkan Ekstradisi Tersangka Kudeta ke Turki

Mahkamah Agung Yunani membatalkan keputusan ekstradisi delapan anggota Angkatan Udara Turki yang diduga terlibat kudeta gagal Juli 2016.

Baca Selengkapnya

Musim Salju di Eropa, PBB Khawatirkan Nasib Pengungsi

13 Januari 2017

Musim Salju di Eropa, PBB Khawatirkan Nasib Pengungsi

"Jumlah korban meninggal untuk tahun ini mencapai 27 orang," katanya.

Baca Selengkapnya

Duh, Anonymous Retas Semua Bank Sentral dalam 30 Hari

4 Mei 2016

Duh, Anonymous Retas Semua Bank Sentral dalam 30 Hari

Anonymous, kelompok peretas, menyerang sistem komputerisasi bank sentral Yunani kemarin, 3 Mei 2016.

Baca Selengkapnya

Dua Pengungsi Idomeni di Yunani Membakar Diri  

23 Maret 2016

Dua Pengungsi Idomeni di Yunani Membakar Diri  

Dua pengungsi yang tinggal di kamp Idomeni, Yunani, membakar diri sendiri saat berlangsung protes pengungsi.

Baca Selengkapnya

Kamp Pengungsi Timteng 'Idomeni' Lebih Buruk daripada Kamp Nazi  

20 Maret 2016

Kamp Pengungsi Timteng 'Idomeni' Lebih Buruk daripada Kamp Nazi  

Kondisi kamp Idomeni, kata Kouroublis, sangat kumuh dan tidak layak huni serta begitu menyedihkan bagi pengungsi dari Suriah dan Irak.

Baca Selengkapnya