Bangladesh Segera Relokasi Pengungsi Rohingya, Ini Alasannya

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 28 Mei 2015 13:33 WIB

Sejumlah wanita suku Rohingya, yang bisanya tinggal di perbatasan Myanmar Bangladesh, berjalan untuk mengambil air di kamp pengungsian di Kutupalong, Bangladesh (7/3). Foto disiarkan hari ini (13/3). AP/Pavel Rahman

TEMPO.CO, Dhaka - Pemerintah Bangladesh akan segera memindahkan ribuan pengungsi Rohingya yang telah bertahun-tahun tinggal di kamp-kamp dekat perbatasan Myanmar ke Pulau Hatiya di Teluk Benggala. Menurut pejabat pemerintah, Amit Kumar Baul, rencana itu didukung Perdana Menteri Sheikh Hasina.

"Relokasi kamp Rohingya pasti akan berlangsung," kata Baul. "Sejauh ini, langkah-langkah informal telah diambil sesuai dengan arahan Perdana Menteri."

Baul mengatakan rencana pemerintah tersebut didorong oleh kekhawatiran bahwa keberadaan kamp di Cox''s Bazar telah berdampak buruk terhadap pariwisata Bangladesh. "Pemerintah telah menekankan pentingnya sektor pariwisata. Karena itu, relokasi mereka ke daerah terpencil sedang berlangsung," katanya.

Menanggapi rencana tersebut, seorang pemimpin Rohingya, Mohammad Islam, mendesak pemerintah berpikir kembali. Sebab rencana itu hanya akan membuat kehidupan para pengungsi menjadi lebih buruk. "Kami ingin pemerintah dan organisasi internasional menyelesaikan masalah kami di tempat ini," kata Mohammad Islam, yang tinggal di salah satu kamp.

Baca: Cerita Pengungsi Rohingya: Dibantai, Ditembak, dan Dibakar?

Bangladesh adalah rumah bagi 32 ribu pengungsi Rohingya yang berlindung di dua kamp di distrik selatan dan timur Cox's Bazar. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari Myanmar setelah mendapat perlakuan diskriminatif dari warga Myanmar yang mayoritas adalah pemeluk Buddha. Demikian dikutip dari laman The Guardian.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani urusan pengungsi (UNHCR), yang telah membantu para pengungsi di kamp-kamp tersebut sejak 1991, mengatakan skema tersebut harus bersifat suka rela agar berhasil.

"Keberhasilan rencana itu akan bergantung pada apa yang ditawarkan di lokasi baru jika para pengungsi ingin berada di sana," kata juru bicara UNHCR, Onchita Shadman. "Relokasi paksa akan sangat rumit dan kontroversial."

Dalam laporan The Guardian disebutkan bahwa rincian rencana itu muncul hanya beberapa hari setelah Perdana Menteri Hasina menyalahkan imigran atas situasi ekonomi negaranya, menyebut mereka "sakit mental", dan menuduh para pengungsi merusak citra negara.

Rencana relokasi yang dilaporkan minggu ini di media lokal belum secara resmi diumumkan. Namun para pejabat telah diminta untuk mempersiapkan hal itu. Badre Firdaus, administrator pemerintah Pulau Hatiya, mengatakan sebidang wilayah seluas 200 hektare telah diidentifikasi sebagai tempat relokasi yang cocok.

Pulau Hatiya, rumah bagi petani dan nelayan dan terletak di mulut Sungai Meghna, berjarak sembilan jam perjalanan melalui darat dan laut dari kamp saat ini.

THE GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

23 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.

Baca Selengkapnya

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya

Baca Selengkapnya