Bocorkan Rahasia Soal Iran, Eks Agen CIA Dihukum Penjara

Reporter

Editor

Abdul Manan

Selasa, 12 Mei 2015 23:38 WIB

Lambang Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika, yang terdapat di Lobi Markas Besar CIA di Langley. cia.gov

TEMPO.CO, Jakarta - Jeffrey Sterling, mantan agen badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) dihukum 3 tahun dan 6 bulan penjara dalam sidang di Pengadilan Alexandria, Amerika Serikat, Senin 11 Mei 2015. Ia dinyatakan bersalah membocorkan informasi rahasia kepada wartawan tentang operasi CIA untuk membendung ambisi nuklir Iran.

Hakim Distrik AS Leonie M. Brinkema, yang menyidangkan kasus ini, mengatakan, ia tergerak oleh pencapaian Sterling. Tapi ia mengaku perlu mengirim pesan kepada orang lain: "Jika Anda sengaja mengungkapkan rahasia, akan ada harga yang harus dibayar. "

Brinkema mengatakan bahwa tindakan Sterling menyebabkan kerusakan karena mengungkapkan identitas seorang pria yang bekerja sama dengan CIA. Ia juga dinilai pantas mendapat hukuman yang lebih keras daripada pembocor rahasia sebelumnya karena tidak mengaku bersalah dan tidak mengakui kesalahannya.

Sterling mengucapkan terima kasih kepada hakim dan stafnya atas perlakuan mereka selama proses pengadilan dan sangat bersyukur bahwa Brinkema mengubah tanggal persidangan sehingga ia bisa menghadiri pemakaman kakaknya. Namun pengacaranya mengatakan, Sterling akan mengajukan banding.

Brinkema memperbolehkan Sterling tetap di luar sampai pejabat penjara federal menentukan kapan dan di mana ia harus menjalani hukumannya.

Sterling dituntut pada bulan Januari lalu atas sembilan dakwaan pidana karena membocorkan informasi rahasia kepada jurnalis New York Times, James Risen. Jaksa menyebut Sterling memiliki plot jahat untuk mempermalukan eks tempat lembaganya bekerja.

Jaksa meminta hukuman keras, dengan alasan bahwa pengungkapan Sterling mengakhiri salah satu dari beberapa mekanisme pemerintah AS untuk membendung program nuklir Iran. Asisten Jaksa AS James Trump mengatakan, pengungkapan Sterling juga membahayakan nasib ilmuwan Rusia yang diam-diam bekerja sama dengan pemerintah AS dalam upayanya membendung nuklir Iran.

Pengacara Sterling, Edward B. MacMahon Jr meminta Brinkema untuk mempertimbangkan latar belakang Sterling dan perubahannya kini. "Siapa pun dia pada tahun 2003," kata MacMahon, "dia bukan orang yang sama lagi."

Pengacara mendesak hakim untuk menjatuhkan hukuman yang sejalan dengan kasus serupa sebelumnya. Ia mengutip kasus Jenderal David H. Petraeus, yang memberi perempuan dan penulis biografinya akses ke bahan rahasia dan dihukum dua tahun percobaan dan denda US$ 100.000; mantan petugas CIA John Kiriakou, yang mengungkapkan nama petugas rahasia dan dijatuhi hukuman 30 bulan penjara; dan mantan ahli senjata Departemen Luar Negeri AS Stephen Jin-Woo Kim, yang membocorkan informasi rahasia kepada seorang reporter Fox News dan dijatuhi hukuman 13 bulan penjara.

Jaksa mengatakan bahwa Sterling tidak harus dibandingkan dengan Petraeus, Kiriakou dan Kim. Brinkema mengatakan bahwa dia terpengaruh oleh latar belakang pribadi Sterling, tetapi bahwa ia harus menghadapi hukuman yang lebih berat karena merasa tak bersalah. Sedangkan Kiriakou, Petraeus, dan Kim mengaku bersalah.

WASHINGTON POST | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya