Bob Carr. Alexey Filippov/Host Photo Agency via Getty Images
TEMPO.CO, Canberra - Mantan Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr mengecam langkah Perdana Menteri Tony Abbott yang menarik Duta Besar Australia untuk Indonesia pasca-eksekusi mati duo Bali Nine. Menurut Bob Carr itu adalah langkah yang buruk.
Seperti yang dilansir Sky News pada Rabu, 29 April 2015, Carr mengatakan Australia masih memiliki sejumlah kepentingan di Indonesia, seperti kerja sama penyelundupan manusia, perdagangan hewan ternak, dan kontra-terorisme.
Dengan tidak adanya perwakilan, menurut Carr, Australia berpotensi berada pada risiko yang lebih besar di Indonesia.
"Untuk menarik duta besar kita keluar dari Jakarta hanya akan membuat kita tidak punya kekuatan dan seluruh agenda kerja sama bisa berantakan," kata Carr.
Carr juga memperingatkan soal pemerintah Australia yang ingin mengurangi bantuan luar negeri ke Indonesia. Ini sebuah langkah yang paling ia takutkan karena dapat menyebabkan semakin merebaknya ajaran ekstrem Islam dan akan semakin menjadi-jadi.
"Pemotongan bantuan adalah sesuatu yang harus kita ke sampingkan. Di saat sekarang, itu suatu hal yang bodoh untuk dilakukan," katanya.
Aaron Connolly, peneliti program Asia Timur di Lowy Institute, juga setuju dengan Carr bahwa keputusan untuk membawa duta besar kembali ke Canberra adalah salah.
"Ini akan sangat sulit untuk menghindari terjadinya eskalasi gerakan dari tit-for-tat diplomatik," kata Connolly kepada Radio ABC.
John McCarthy, Duta Besar Australia untuk Indonesia periode 1997-2000, juga mengatakan penarikan duta besar adalah langkah yang salah.
Australia malah harus menahan kunjungan bilateral dengan menteri kabinet Indonesia, sementara eksekusi akan tetap jalan terus atau untuk sisa tahun ini.
"Kita harus menjaga duta besar kita tetap berada di Jakarta. Ini kan hanya masalah komunikasi," katanya.
