Dianggap Reformis, AS Cabut Embargo Senjata ke Mesir  

Reporter

Rabu, 1 April 2015 19:17 WIB

Helikopter AH-64 Delta Apache Longbow milik Angkatan bersenjata Amerika Serikat. AP/The Courier, Eric S. Swist

TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat mengumumkan bahwa negerinya mencabut pelarangan pengiriman perlengkapan militer ke Mesir. Pelarangan itu pernah diberlakukan AS setelah militer mengambil alih kekuasaan di Kairo dua tahun silam.

Gedung Putih mengatakan Presiden Barack Obama membebaskan pengiriman senjata dan membuat perubahan lain, yakni melakukan kerja sama militer dengan sekutu lama Washington. Perubahan ini dilakukan setelah Mesir membuktikan menyokong kepentingan AS dan melakukan reformasi politik.

"Ada kepentingan keamanan nasional AS di balik pencabutan embargo tersebut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Bernadette Meehan.

Menurut Meehan, pencabutan tersebut ditandai perintah Obama mengirimkan 12 jet tempur F-16, 20 misil Boeing Harpoon, dan 125 tank Abrams M1A1 yang dibuat General Dynamics.

Keputusan pengiriman itu disampaikan setelah terjadi pembicaraan melalui telepon antara Obama dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Kedua pemimpin juga membicarakan masalah gejolak keamanan di Timur Tengah.

Sisi sebelumnya menggagas pembentukan pasukan gabungan militer dari negara-negara Arab di Timur Tengah. Pasukan ini disiapkan untuk melawan pemberontak sekutu Iran di Yaman dan ancaman lain.

Gedung Putih menyatakan Washington ingin menyediakan bantuan militer kepada Mesir, yang saat ini fokus menghadapi terorisme, keamanan perbatasan, maritim, Sinai, serta pemberontakan kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Obama menuturkan kepada Sisi bahwa dia akan melanjutkan permintaan ke Kongres AS soal bantuan militer senilai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 16,9 triliun untuk Mesir setiap tahun. "Tapi AS akan menghentikan kemungkinan Mesir membeli senjata secara kredit pada tahun fiskal 2018," ucap Gedung Putih.

Kebijakan AS ini mendapatkan kritik dari kelompok pemerhati hak asasi manusia. Menurut mereka, bantuan militer itu merupakan sebuah pesan berbahaya. "Prioritas perhatian AS bukan pada masalah hak asasi manusia," kata Neil Hicks dari Human Rights First.

AL JAZEERA | CHOIRUL

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya