Perawat AS yang Tertular Ebola Gugat Rumah Sakit

Reporter

Editor

Indah Pratiwi

Senin, 2 Maret 2015 22:01 WIB

Petugas kesehatan membawa jenazah korban virus ebola yang akan dimakamkan di kuburan masal di Freetown, 17 Desember 2014. Korban meninggal karena ebola mencapai 6.915 dari 18.603 kasus hingga 14 Desember 2014. REUTERS/Baz Ratner

TEMPO.CO, Texas - Nina Pham, seorang perawat di Texas Health Presbyterian Hospital Dallas, mengajukan gugatan terhadap rumah sakit tempatnya bekerja. Pengacaranya menyatakan, gugatan itu didasarkan pada kegagalan rumah sakit menyediakan peralatan dan pelatihan untuk menangani Ebola. Gugatan diajukan pada Texas Health Resources, perusahaan induk rumah sakit itu.

Pham tertular penyakit itu musim gugur yang lalu saat merawat Thomas Eric Duncan, yang mulai menunjukkan gejala setelah tiba di Dallas dari Liberia. Ia merupakan perawat pertama yang terinfeksi virus itu di AS.

Gugatan Pham juga mengklaim Texas Health Resources melanggar privasinya dengan berbagi catatan medis tanpa seizinnya.

Menurut The Dallas Morning News, Pham menuntut ganti rugi untuk sakit fisik, penderitaan mental, biaya pengobatan, dan hilangnya laba masa depan. Tapi yang penting, kata Pham pada media ini, ia ingin membuat rumah sakit dan perusahaan-perusahaan besar menyadari bahwa perawat dan petugas kesehatan, terutama orang-orang garis depan, memegang posisi kunci dalam perawatan pasien. "Dan kami tidak ingin perawat berubah menjadi pasien," katanya.

Juru bicara Texas Health Resources, Wendell Watson, menyatakan akan mengutamakan musyawarah ketimbang melanjutkan langkah hukum. "Nina Pham sangat berani mengambil tindakan di masa yang paling sulit. Kami terus mendukung dan berharap yang terbaik untuknya, dan kami tetap optimis bahwa dialog konstruktif dapat menyelesaikan masalah ini," katanya.

Perawat lain mengobati Duncan, Amber Vinson, juga terinfeksi Ebola. Kedua perawat ini pulih setelah dikirim ke rumah sakit khusus yang dilengkapi peralatan untuk menangani Ebola. Pham dirawat di National Institutes of Health di Maryland, dan Vinson di Emory University Hospital di Atlanta.

Pham masih tercatat sebagai karyawan dan mendapatkan gaji dari Texas Health Resources, namun belum kembali bekerja. Dia masih menderita kelelahan dan nyeri di tubuhnya. Namun pengacaranya tidak menjelaskan apakah sakitnya merupakan imbas dari ebola atau karena obat eksperimental yang diterimanya.

KTVT | INDAH P.

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya