Obama: Kita Tak Sedang Berperang dengan Islam  

Reporter

Editor

Indah Pratiwi

Jumat, 20 Februari 2015 10:02 WIB

Presiden Barack Obama mendengarkan dalam pertemuan bilateral bersama Presiden Jokowi di Beijing, Cina, 10 November 2014. REUTERS/Kevin Lamarque

TEMPO.CO, Washington - Presiden Barack Obama memperingatkan bahwa perang melawan teror akan memakan waktu selama bertahun-tahun. Ia juga menegaskan bahwa Barat tidak sedang berperang dengan Islam.

"Tidak ada agama bertanggung jawab atas terorisme. Orang-oranglah yang bertanggung jawab atas kekerasan dan terorisme," katanya saat menerima perwakilan White House Summit on Countering Violent Extremism. "Kita tidak berperang dengan Islam. Kita berperang dengan orang-orang yang menyesatkan Islam," katanya.

Dia mendesak Barat dan para pemimpin muslim bersatu untuk mengalahkan "janji-janji palsu ekstremisme". Ia mengatakan mereka harus bersama-sama menolak premis bahwa kelompok militan mewakili Islam.

"Para teroris tidak berbicara mewakili satu miliar umat Islam," kata Obama. Ia juga menyatakan tidak bisa memenangkan perang terhadap para ekstremis dengan kekuatan militer saja.

Dalam pertemuan itu, Obama menyatakan ada sejarah yang rumit antara Timur Tengah dan Barat serta tidak ada yang kebal dari kritik atas kebijakan khusus. "Tapi gagasan bahwa Barat sedang berperang dengan Islam adalah kebohongan," katanya. "Dan kita semua, terlepas dari iman kita, memiliki tanggung jawab untuk menolaknya."

Obama mengatakan bahwa AS akan terus memerangi Al-Qaeda dan afiliasinya di Afganistan, Yaman, dan Somalia. Dia juga mengatakan bahwa mereka yang berjuang untuk ISIS dan Al-Qaeda bukan ulama, melainkan teroris.

Obama menyatakan di Irak dan Suriah, koalisi yang digagas AS didukung 60 negara, termasuk negara-negara Arab. Itu sebabnya ia yakin akan bisa menumpas gerakan ISIS di wilayah itu.

Dalam acara yang sama, Obama menyalahkan Irak dan Suriah terkait membesarnya gerakan ISIS. "Di Irak, kegagalan pemerintah sebelumnya untuk memerintah secara inklusif membantu membuka jalan yang menguntungkan ISIS di sana," katanya.

Di Suriah, ucap Obama, Bashar al-Assad yang berperang melawan rakyatnya sendiri tanpa sengaja memicu ketegangan sektarian yang menjadi bahan bakar munculnya ISIS.

Dia mendesak negara-negara Arab mengambil langkah-langkah untuk memadamkan kekerasan sektarian dan meningkatkan kesempatan ekonomi dan pendidikan bagi kaum muda. Kalangan usia ini, katanya, rentan terhadap perekrutan oleh kelompok-kelompok bersenjata. Obama juga mengumumkan pembentukan sebuah pusat pemantauan digital bersama dengan Uni Emirat Arab.

AP | INDAH P.

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya