Trauma Charlie Hebdo Mengambang di Atas Paris

Reporter

Selasa, 20 Januari 2015 02:59 WIB

Pasukan Prancis berpatroli di sekitar menara Eifel pada tanggal 12 Januari 2015 di Paris. Menyusul serangan teror terhadap Prancis belakangan ini, Pemerintah mengaktifkan kembali sistem pertahanan Vigipirate. Jeff J Mitchell/Getty Images

TEMPO.CO , Paris: Trauma Charlie Hebdo mengambang di atas Paris. Seminggu setelah serangan teroris di kantor Charlie Hebdo, jumlah wisatawan di Paris menurun. Menara Eiffel, misalnya, tampak lebih sepi. Hanya sedikit wisatawan yang lewat dan berfoto atau dilukis oleh seniman jalanan. Antrean di bawah menara yang biasannya mengular sekarang hanya pendek saja.

"Setelah serangan itu, (tempat ini) menjadi sangat sepi. Hampir tidak ada seorang pun di sini," kata Kamel Bougrab, penjual sandwich di sekitar area Menara Eiffel. (serangan ke Charlie Hebdo, klik infografis ini: Siang Berdarah di Charlie Hebdo)

Pejabat pariwisata Paris tidak bisa memberikan angka kunjungan wisatawan pasca penyerangan pekan lalu itu. Namun, wartawan AP yang berkunjung ke objek-objek wisata utama dan mewawancarai para pedagang menunjukkan adanya penurunan jumlah pengunjung yang signifikan.

Juru bicara Eiffel mengungkapkan, sejauh ini jumlah pengunjung Eiffel tidak menurun dibandingkan dengan bulan Januari 2014 lalu. Namun, ia mengakui bahwa belum ada penyusunan statistik pengunjung.

Eiffel adalah salah satu tujuan utama wisatawan di Paris. Umurnya seabad lebih (baca: 10 Fakta tentang Menara Eiffel pada Usia 125 Tahun).

Juru bicara Musium Louvre menjelaskan kunjungan sekolah ke wilayah Paris termasuk musium dibatalkan oleh Kementerian Pendidikan Prancis lantaran kota ini berstatus waspada. Biasanya, setiap hari musium ini menerima ratusan anak sekolah. Pasca insiden Charlie Hebdo, yang tampak justru jumlah polisi meningkat di sekitar bandara, sekolah Yahudi, dan kantor media.

Sekitar 10.500 tentara bersenjata lengkap masih dikerahkan di seluruh Prancis, enam ribu di antaranya ditempatkan di Paris. Seperti dilansir dilansir news.com.au, ini adalah pengerahan pasukan keamanan terbesar dalam sejarah Prancis.

Wisatawan Australia, Lucinda Bay, 22 tahun mengatakan ia awalnya sempat dilanda khawatir untuk datang ke Paris bersama adiknya. "Saya sedikit waswas, tapi saya kira ini (teror) bisa terjadi di mana saja. Saya tidak ingin kejadian itu (serangan Charlie Hebdo) menghentikan kami mengunjungi kota yang indah ini," katanya.

Polisi bersenjata yang berpatroli di jalan-jalan membuat sebagian pengunjung tidak nyaman, terutama yang berasal dari negara di mana polisinya tidak pernah membawa senjata. "Sedikit menakutkan melihat senapan-senapan berat itu," kata Mimi George, mahasiswi Australia berusia 20 tahun. "Tapi akhirnya itu dapat membuatmu lebih aman."

WINONA AMANDA| NEWS.COM.AU

Terpopuler

Terpicu Charlie Hebdo, Sutradara Prancis Mualaf

Bocah Ini Memprotes Tuhan di Depan Paus Fransiskus

Jokowi Tak Mempan Dilobi Raja dan PM Belanda

Intel Cina Curi Desain Pesawat Tempur F-35

Video Polisi Mirip Norman Kamaru Heboh di YouTube

Berita terkait

6 Pelajar Prancis Diadili, Dituduh Terlibat dalam Serangan pada Guru yang Tunjukkan Kartun Nabi

27 November 2023

6 Pelajar Prancis Diadili, Dituduh Terlibat dalam Serangan pada Guru yang Tunjukkan Kartun Nabi

Enam pelajar Prancis diadili dengan tuduhan terlibat dalam serangan yang menewaskan guru Samuel Paty, yang menunjukkan kartun Nabi di kelas.

Baca Selengkapnya

Charlie Hebdo Rilis Gambar Erdogan Tersetrum di Bak Mandi, Pejabat Turki Murka

20 Mei 2023

Charlie Hebdo Rilis Gambar Erdogan Tersetrum di Bak Mandi, Pejabat Turki Murka

Charlie Hebdo meriilis kartun Erdogan menjelang pemilu Turki putaran kedua. Gambar tersebut memicu kemarahan pejabat Turki.

Baca Selengkapnya

Microsoft Tuding Iran Retas Majalah Satir Prancis Charlie Hebdo

5 Februari 2023

Microsoft Tuding Iran Retas Majalah Satir Prancis Charlie Hebdo

Microsoft menuding tim peretas yang didukung pemerintah Iran mencuri dan membocorkan data pelanggan pribadi milik majalah satir Prancis, Charlie Hebdo

Baca Selengkapnya

Kartun Khameini di Charlie Hebdo, Iran: Kami Tak Biarkan Prancis Lampaui Batas

5 Januari 2023

Kartun Khameini di Charlie Hebdo, Iran: Kami Tak Biarkan Prancis Lampaui Batas

Iran mengecam keras kartun Ayatollah Ali Khamenei yang diterbtikan oleh majalah satire Charlie Hebdo di Prancis.

Baca Selengkapnya

Charlie Hebdo Kartunkan Pemimpin Iran Ali Khamenei, Dubes Prancis Dipanggil

5 Januari 2023

Charlie Hebdo Kartunkan Pemimpin Iran Ali Khamenei, Dubes Prancis Dipanggil

Iran memanggil utusan Prancis di Teheran untuk memprotes kartun "menghina" Ali Khamenei di majalah satir Prancis Charlie Hebdo.

Baca Selengkapnya

Putin: Menghina Nabi Muhammad Pelanggaran Beragama, Bukan Kebebasan Berekspresi

25 Desember 2021

Putin: Menghina Nabi Muhammad Pelanggaran Beragama, Bukan Kebebasan Berekspresi

Putin angkat suara tentang penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Bukan kebebasan berekspresi, menghina Nabi Muhammad adalah pelanggaran beragama.

Baca Selengkapnya

Ada Apa dengan Lionel Messi, PSG dan Taliban?

19 Agustus 2021

Ada Apa dengan Lionel Messi, PSG dan Taliban?

Media Prancis Charlie Hebdo mengeluarkan karikatur perempuan menggunakan burkak dengan nomor 30 yang akan digunakan Lionel Messi di PSG.

Baca Selengkapnya

Standar Ganda Macron Antara Poster Satire Adolf Hitler dan Kartun Nabi Muhammad

1 Agustus 2021

Standar Ganda Macron Antara Poster Satire Adolf Hitler dan Kartun Nabi Muhammad

Michel-Ange Flori, pengusaha yang memasang reklame satire gambar Macron bergaya Adolf Hitler, membandingkan kasusnya dengan kasus kartun Nabi Muhammad

Baca Selengkapnya

PM Pakistan Ajak Negara Muslim Tuntut Negara Barat Kriminalisasi Penistaan Agama

20 April 2021

PM Pakistan Ajak Negara Muslim Tuntut Negara Barat Kriminalisasi Penistaan Agama

PM Pakistan Imran Khan menyerukan negara-negara Muslim bekerja sama untuk memastikan pemerintah Barat mengkriminalisasi penistaan terhadap Islam.

Baca Selengkapnya

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

16 April 2021

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

Massa kelompok Islam radikal Pakistan bentrok dengan polisi untuk memprotes penangkapan pemimpin mereka yang menuntut dubes Prancis diusir.

Baca Selengkapnya