Peringkat Kredit Rusia Diturunkan  

Reporter

Sabtu, 10 Januari 2015 09:19 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin, menanam pohon di Friendshiip Lawn, Yanqi Lake selama Asia-Pasifik Kerjasama Ekonomi (APEC) Summit di Beijing, Cina, 11 November 2014. Sasha Mordovets/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings, telah menurunkan peringkat kredit Rusia. Lembaga itu menerangkan, ekonomi Rusia sedang terpuruk seiring dengan runtuhnya mata uang rubel, penurunan harga minyak, inflasi yang tinggi, serta menurunnya cadangan devisa.

Fitch menurunkan peringkat Rusia dari BBB menjadi BBB- dengan outlook negatif. Hal itu memungkinkan adanya penurunan peringkat lebih lanjut.

Prospek ekonomi Rusia dinilai telah memburuk secara signifikan hanya dalam waktu enam bulan. Bahkan, Fitch menyatakan produk domestik bruto negara itu akan menyusut 4 persen tahun ini. Prediksi ini lebih buruk daripada perkiraan penyusutan sebelumnya yang hanya 1,5 persen. "Kemungkinan tak ada pertumbuhan kembali hingga 2017," kata Fitch seperti dikutip The Telegraph, Jumat, 9 Januari 2015.

Sanksi yang dijatuhkan oleh negara barat dilaporkan terus membebani ekonomi Rusia. Hal itu diperparah dengan jatuhnya harga minyak dunia. (Baca:Doktrin Baru Militer Rusia: NATO Ancaman Utama)

Harga minyak mentah jenis Brent telah anjlok sekitar 50 persen sejak pertengahan tahun lalu. Hal ini antara lain disebabkan oleh penolakan OPEC untuk memangkas produksi di tengah tekanan kuat dari revolusi shale Amerika Serikat.

Fitch memperkirakan harga minyak akan pulih pada kisaran US$ 70 per barel tahun ini. Jika harga minyak tetap signifikan di bawah US$ 70 per barel, bisa memicu resesi yang lebih dalam dan membebani keuangan publik. Hal itu juga sangat membatasi ruang pemerintah untuk bermanuver.

"Bahkan jika minyak turun menjadi US$ 45 atau lebih rendah dan bertahan pada level itu , Rusia akan menghadapi masalah besar," kata Mikhail Liluashvili, ekonom dari Oxford Economics. Bank sentral bisa saja membantu kelancaran volatilitas, namun mereka harus membiarkan rubel jatuh, yang bisa mendorong inflasi ke angka 20 persen.

Mata uang rubel terdepresiasi hingga 20 persen sejak Natal lalu. Rubel diperdagangkan pada level 63 terhadap dolar Amerika pada Jumat, 9 Januari 2015. Runtuhnya mata uang Rusia, menurut Fitch, dianggap sebagai sebagai salah satu alasan sektor perbankan mengalami kejutan besar. "Faktor lain adalah volatilitas pasar yang ketat dan keputusan bank sentral menaikkan suku bunga dari 10 menjadi 17 persen."

FAIZ NASHRILLAH | THE TELEGRAPH

Baca juga:
Cuaca Baik, Ekor Air Asia Diangkat Pagi Ini
Reaksi Media Timur Tengah Terhadap Teror di Paris
Deviden Dipangkas, Mandiri: Kita Ikut Saja
Teror di Paris, Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab




Berita terkait

Rusia Tuntut Amerika Kembalikan Bendera yang Dicuri

13 November 2017

Rusia Tuntut Amerika Kembalikan Bendera yang Dicuri

Bendera Rusia hilang dari konsulatnya di San Francisco, Amerika Serikat. Moskow menyebut benderanya dicuri.

Baca Selengkapnya

Rusia Buka Kembali Jalur Feri ke Korea Utara

17 Oktober 2017

Rusia Buka Kembali Jalur Feri ke Korea Utara

Rusia telah membuka kembali jalur lautnya ke Korea Utara setelah sekitar 2 bulan lamanya ditutup.

Baca Selengkapnya

ROSATOM Rusia Bidik Asia Tenggara untuk Kerja Sama Nuklir

29 September 2017

ROSATOM Rusia Bidik Asia Tenggara untuk Kerja Sama Nuklir

ROSATOM, BUMN Nuklir asal Rusia,??menjajaki peluang kerja sama di bidang energi nuklir di negara-negara kawasan Asia Tenggara..

Baca Selengkapnya

Berkat Ponsel, Pasangan Kanibal yang Bunuh 30 Orang Ditangkap

27 September 2017

Berkat Ponsel, Pasangan Kanibal yang Bunuh 30 Orang Ditangkap

Pasangan kanibal ditangkap polisi setelah ponselnya ditemukan dan mengaku telah membunuh sedikitnya 30 orang.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Tuntut Amerika Terkait Perampasan Properti Diplomatik

6 September 2017

Rusia Akan Tuntut Amerika Terkait Perampasan Properti Diplomatik

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk menuntut pemerintah Amerika Serikat atas perampasan properti diplomatik

Baca Selengkapnya

Presiden Trump Minta Rusia Tutup 3 Konsulatnya di Amerika

1 September 2017

Presiden Trump Minta Rusia Tutup 3 Konsulatnya di Amerika

Amerika Serikat telah meminta Rusia untuk menutup 3 kantor konsulatnya di San Francisco, Washington, dan New York.

Baca Selengkapnya

Duta Besar Rusia untuk Sudan Tewas di Kolam Renang

24 Agustus 2017

Duta Besar Rusia untuk Sudan Tewas di Kolam Renang

Duta Besar Rusia untuk Sudan, Mirgayas Shirinsky, ditemukan tewas di kolam renang kediamannya di ibu kota Khartoum

Baca Selengkapnya

Liburan Musim Panas, Putin Berburu dan Berenang di Danau Dingin  

6 Agustus 2017

Liburan Musim Panas, Putin Berburu dan Berenang di Danau Dingin  

Putin menikmati liburan musim panasnya dengan berburu di padang gurun Siberia, berenang di air danau yang sangat dingin, dan memancing.

Baca Selengkapnya

Putin Restui Pasukan Rusia Bertahan di Suriah Selama 49 Tahun  

31 Juli 2017

Putin Restui Pasukan Rusia Bertahan di Suriah Selama 49 Tahun  

Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang baru mengenai Angkatan Udara Rusia untuk tetap di Suriah selama 49 tahun.

Baca Selengkapnya

Kucing Ini Jadi Pahlawan Selamatkan Hidup 8 Bayi Landak

27 Juli 2017

Kucing Ini Jadi Pahlawan Selamatkan Hidup 8 Bayi Landak

Seekor kucing di Rusia bernama Muska menjadi pahlawan setelah menyusui dan merawat 8 bayi landak yang tidak memiliki induk.

Baca Selengkapnya