Perdebatan Emisi di Konferensi Perubahan Iklim  

Reporter

Rabu, 10 Desember 2014 20:00 WIB

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2014 atau Conference of The Parties United Nations Framework Convention on Climate Change ke-20 di Lima, Peru. (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Lima -Konferensi Para Pihak atau United Nations Framework
Convention on Climate Change ke-20 dan Kyoto Protocol ke-10 di Lima, Peru, belum menghasilkan kesepakatan. Konferensi ini belum menyimpulkan perihal komitmen pengurangan emisi akibat perubahan iklim. Negosiasi antar-delegasi dari setidaknya 190 negara yang terlibat masih berjalan alot. Forum internasional ini berlangsung pada 1-12 Desember 2014. (Baca: Konferensi Peru Jadi Penentu Isu Perubahan Iklim)

Sekretaris Delegasi Republik Indonesia, Moekti Handajani Soejachmoen mengatakan semua negara bertanggung jawab menurunkan emisi akibat perubahan iklim. Tapi, konferensi hingga kini belum menemukan kesepakatan. "Kepentingan negara maju dan berkembang berbeda. Tarik ulur terjadi dalam negosiasi," kata dia.

Ihwal yang membuat belum terjadinya kesepakatan adalah tarik ulur tentang siapa yang paling bertanggung jawab menurunkan emisi. Negara maju misalnya menginginkan negara berkembang melakukan upaya yang sama dengan mereka menurunkan emisi. (Baca: Tari Indonesia Buka Konferensi Iklim di Lima, Peru)

Tapi, ada pula negara yang bersikukuh meminta negara maju sepenuhnya bertanggung jawab menurunkan emisi. Negara itu di antaranya India, Bolivia, Cina, Arab Saudi, dan Iran.

Sedangkan, sejumlah negara berkembang punya pandangan berbeda. Indonesia menggunakan prinsip kerja sama dengan negara lain, misalnya bantuan teknologi. "Indonesia terus berjanji melakukan upaya adaptasi dan mitigasi," kata dia.

Menurut dia, negara maju punya target menurunkan emisi hingga tahun 2030. Sedangkan Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 26 persen pada 2020. Indonesia telah memulainya sejak tahun 2005. Kebijakan penurunan emisi misalnya
penghematan bahan bakar minyak bumi. "Deforestasi juga banyak dibicarakan di konferensi," kata dia. (Baca: Keseriusan Indonesia Kurangi Emisi Karbon Ditagih)

Negosiasi, kata dia juga berjalan alot karena sejumlah negara memiliki wadah yang berbeda-beda ketika akan menyampaikan suara. Semua negara belum tentu punya suara yang sama, misalnya 139 negara yang masuk kelompok negara berkembang.

Indonesian sebagai negara berkembang kata dia perlu menjaga hubungan dalam pergaulan internasional. "Kami tidak bisa bicara secara gamblang dan frontal soal kepentingan Indonesia," kata dia.

Anggota tim negosiator delegasi Republik Indonesia Medrilzam, menyatakan Indonesia punya satu suara dalam konferensi perubahan iklim di Lima. Suara Indonesia ini penting untuk menentukan hasil kesepakatan antar-negara peserta konferensi, yang akan dilanjutkan dalam UNFCCC COP 21 di Paris, Perancis Desember 2015. (Baca: Konferensi Perubahan Iklim, Indonesia Bawa 5 Isu)

"Saya berharap Indonesia bisa membawa kepentingannya lebih kuat," kata
Kepala Sub Direktorat Pengembangan Ekonomi dan Manajemen Kehutanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini mengatakan upaya adaptasi dan mitigasi perlu terus diupayakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.


Dia berharap banyak pemimpin Indonesia yang serius memikirkan isu ini. (Baca: Pemanasan Global Ancam Menenggelamkan Pulau)

SHINTA MAHARANI
Terpopuler
Anakonda Telan Presenter TV, Asli atau Palsu?
7 Fakta Kunci Laporan Senat AS Soal Penyiksaan CIA
AS Siaga Jelang Publikasi Laporan Penyiksaan CIA
Sejarah Interogasi Keras CIA Sejak 2002 Lalu
Pesawat Jatuh di Amerika Serikat, 6 Orang Tewas



Berita terkait

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

29 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

45 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

5 April 2023

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

Larangan Taliban mendorong PBB meminta semua staf - pria dan wanita - untuk tidak masuk kerja selama 48 jam.

Baca Selengkapnya

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

29 April 2022

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

Pada tahun ini Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menembus posisi 10 besar dunia untuk SDG 1, yaitu No Poverty atau Tanpa Kemiskinan.

Baca Selengkapnya

Siswa MAN 2 Mataram Wakili Indonesia di Simulasi Sidang PBB

2 Maret 2022

Siswa MAN 2 Mataram Wakili Indonesia di Simulasi Sidang PBB

Muhammad Andrianudin, siswa kelas 12 Program Keagamaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mataram menjadi wakil Indonesia di simulasi sidang PBB atau MUN.

Baca Selengkapnya