Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2014 di Lima, Peru (TEMPO/Shinta Maharani)
TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of The Parties United Nations Framework Convention on Climate Change ke-20 dan Kyoto Protocol (CMP) ke-10 resmi dibuka di Pentagonito, San Borja, Lima, Peru, pada Senin pagi, 1 Desember 2014 waktu Lima, Peru, Selasa, 2 Desember 2014 waktu Jakarta. Forum internasional ini berlangsung hingga 12 Desember 2014 untuk membahas komitmen negara mengurangi emisi gas rumah kaca. (Baca: Jurnalis AJI Bakal Liput Konferensi Iklim di Peru)
Konferensi itu juga mengangkat komitmen banyak negara untuk melakukan aksi perubahan iklim global sebelum benar-benar efektif pada 2020. “Komitmen mereka menjadi kesepakatan multilateral baru yang akan diadopsi pada COP-21 di Paris, Prancis, pada 2015,” kata Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim, Amanda Katili Niode, yang hadir di pembukaan. Sejumlah jurnalis asal Indonesia, termasuk Tempo tidak bisa masuk ruangan pembukaan karena bukan delegasi. (Baca: Masyarakat Masih Awam dengan Isu Perubahan Iklim)
Menteri Lingkungan Peru Manuel Pulgar-Vidal membuka konferensi internasional itu dan sekaligus secara resmi menjadi presiden konferensi. Ada pula Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Christiana Figueres, dan Ketua Intergovermental Panel on Climate Change, Rajendra K. Pachauri.
Menurut Amanda Katili, konferensi itu dari tahun ke tahun menghasilkan perkembangan baru. Ini membuka jalan supaya muncul kesepakatan global untuk perubahan iklim. Pada forum itu terdapat negosiasi antar-negara untuk menyelesaikan dampak perubahan iklim sebagai persoalan global. (Baca: Amerika Rilis Peta Topografi Dunia)
Semua negara bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan dunia itu. Dia mencontohkan perlu usaha keras dari seluruh negara untuk mencegah suhu permukaan bumi agar tak lebih dari dua derajat Celsius. “Akan muncul kesepakatan dalam forum untuk mengatasi masalah global itu,” kata dia.
Amanda juga menyatakan Indonesia membawa lima isu perubahan iklim dalam forum internasional itu. Isu itu yakni mitigasi, adaptasi, alih teknologi, dan peningkatan kapasitas.