Jesse Lorena Ruri, TKI yang menjadi korban pembunuhan Bankir asal Inggris, Rurik Jutting di Hong Kong. (enterprise news and pictures)
TEMPO.CO, Hong Kong - Kematian dua pekerja wanita asal Indonesia, Sumarti Ningsih dan Jesse Lorean Ruri alias Seneng Mujiasih, masih meninggalkan duka mendalam bagi sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) lainnya di Hong Kong. Sekitar 200 TKI berkumpul di Victoria Park untuk melakukan doa bersama bagi kedua korban pembunuhan yang dilakukan oleh Rurik Jutting pada pekan lalu.
"Saya berharap pembunuh dihukum dan merasakan apa yang sepupu saya derita. Sampai sekarang, saya hampir tidak percaya bahwa salah satu korban adalah sepupu saya," kata seorang wanita bernama Jumiati yang mengaku sebagai sepupu Ningsih, seperti dilaporkan New Straits Times, Ahad, 9 November 2014.
Sejumlah TKI menggunakan kaus bergambar Ningsih dan Jesse sebagai bentuk kepedulian mereka. Beberapa orang membawa tulisan "Keadilan untuk Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih". Bahkan beberapa TKI masih ada yang menangisi kepergian keduanya. (Baca: Pembunuh PSK Indonesia Diduga Depresi)
Kelompok hak asasi manusia menyatakan para pekerja memang menghadapi tantangan serius ketika bekerja di kota-kota di Cina selatan. Sebab, undang-undang di wilayah itu tidak ketat, sehingga mereka rentan mengalami pelecehan seksual.
"Kami semua pekerja imigram ingin perlindungan hak. Kami menuntut pemerintah agar semua TKI yang bekerja di luar negeri dilindungi," kata seorang tokoh masyarakat yang mewakili para pekerja. (Baca: Ayah Sumarti Ingin Rurik Jutting Dihukum Mati)
Ningsih dan Jesse ditemukan tewas di apartemen mewah J Residence milik Jutting, awal pekan lalu. Pria asal Inggris itu sudah ditahan oleh polisi dan tengah menjalani proses hukum.