Petugas kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Elwa, Monrovia, Liberia, 7 September 2014. Menurut WHO, separuh dari 300 pekerja kesehatan yang terkena Ebola meninggal dunia. DOMINIQUE FAGET/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Conarky - Sejumlah tim Palang Merah terluka karena diserang saat sedang mengumpulkan mayat yang diyakini terinfeksi ebola di Guinea. Pelakunya tak lain adalah keluarga mayat yang emosi dan tidak terima anggotanya menjadi korban wabah mematikan ini.
Dikutip dari USA Today, Rabu, 24 September 2014, anggota keluarga dari mayat awalnya menyerang enam sukarelawan dan merusak mobil mereka. Kerumunan warga pun tersulut emosi dan malah melempari kantor kesehatan dengan batu. (Baca: Ebola Menyebar Lewat Kelelawar)
"Seorang anggota Palang Merah terluka di bagian leher, tapi saat ini sudah berangsur pulih," kata juru bicara Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Benoit Carpentier.
Ini bukanlah kejadian pertama yang dialami oleh tim Palang Merah saat sedang bertugas, termasuk memakamkan mayat dan memberi edukasi pada warga. Pekan lalu, delapan orang tenaga kesehatan Palang Merah dan jurnalis diculik. Laporan lain menyebut bahwa mereka telah dibunuh oleh warga.
April lalu, Dokter Lintas Batas mengeluarkan timnya dari Guiena setelah beberapa kali kantor kesehatan dilempari batu oleh warga. Bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menarik beberapa petugas kesehatan di sejumlah negara di Afrika Barat untuk menjamin keselamatan mereka.
Ebola diyakini telah menginfeksi lebih dari 5.800 orang di Liberia, Sierra Leone, Guinea, Nigeria, dan Senegal dengan pasien korban meninggal lebih dari 2.800 orang. WHO memprediksi wabah ini bisa menginfeksi 20 ribu orang lagi pada November nanti.
Hamas Minta Penjelasan Dugaan Pencurian Organ pada Jasad Warga Palestina
29 Desember 2023
Hamas Minta Penjelasan Dugaan Pencurian Organ pada Jasad Warga Palestina
Perwakilan Hamas di Lebanon mendesak Komite Palang Merah Internasional memberikan penjelasan soal organ tubuh jasad warga Palestina yang diduga dicuri oleh Israel.