Pria bekerja di sebuah kilang minyak tradisional di Kurdi al-Qahtaniya, al-Hasaka Governorate, Suriah, 11 Mei 2014. ISIS telah mengambil ladang minyak dari pemerintah dalam beberapa bulan terakhir dan diyakini mengontrol ratusan sumur. REUTERS/Rodi Said
TEMPO.CO, Bagdad - Serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat dan sekutu Baratnya terhadap militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang kini menyebut diri sebagai Negara Islam atau Daulah Islamiyah (DI), dipandang sebelah mata oleh kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu. (Baca: Amerika Mulai Gempur Pertahanan ISIS di Irak)
“Apa hanya ini yang bisa Anda lakukan?” kata juru bicara ISIS, Abu Muhammad al-Adnani, dalam sebuah rekaman radio mengacu pada serangan udara AS, seperti dikutip dari BBC, Senin, 22 September 2014.
Merasa serangan udara AS dan sekutunya tidak berarti signifikan, dalam rekaman berbahasa Arab tersebut ISIS bahkan dengan berani menantang AS untuk terjun langsung dalam serangan darat. ISIS memperingatkan Presiden AS Barrack Obama "akan dipaksa untuk terlibat perang di darat." (Baca: AS Siap Luncurkan Serangan Udara Pertama ke Suriah)
Memang sejauh ini AS dan sejumlah negara Barat lain, seperti Inggris, Prancis, Kanada, dan Australia, hanya melancarkan serangan udara untuk menggempur basis ISIS di wilayah Irak dan Suriah.
Sebelumnya, serangan udara AS dilancarkan hanya untuk melindungi sejumlah kepentingan dan warganya serta mengamankan para pengungsi Irak dan infrastruktur. Namun, Obama kemudian memerintahkan untuk memperluas serangan udara guna menyudahi perjuangan ISIS di mana pun mereka berada.