Seorang petugas menunjukan beras yang akan diberikan oleh warga West Point pada hari kedua karantina yang dilakukan oleh pemerintah di wilayah kumuh itu karena virus ebola di Monrovia, Liberia (21/8). Pemerintah mengirimkan beras, kacang dan minyak gorang untuk warga yang dikarantina. John Moore/Getty Images
TEMPO.CO, Sierra Leone - Lebih dari 1.300 kasus kematian terjadi di Afrika Barat akibat penyakit ebola. Tidak hanya krisis kesehatan, ebola juga berdampak buruk pada perekonomian di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone yang termasuk negara miskin. (Baca:WHO: Wabah Ebola Tak Menyebar Lewat Udara)
“Terjadi deflasi hingga 30 persen karena ebola,” kata Menteri Pertanian Sierra Leone Joseph Sam Sesay, seperti dikutip dari bbc.com, Kamis, 21 Agustus 2014.
Sektor pertanian adalah sektor yang paling terkena dampak ini. Sebab, sekitar 66 persen rakyat Sierra Leone adalah petani. Kata Sesay, banyak dari mereka yang melarikan diri ke daerah yang lebih aman sehingga aktivitas pertanian terganggu. Sekarang, 12 dari 13 kabupaten di Sierra Leone telah terinfeksi virus ebola. (Baca:Vaksin Ebola ZMapp Berasal dari Tembakau)
"Saat ini masuk musim tanam, tapi tidak ada aktivitas pertanian sehingga terjadi kekurangan pangan dan tekanan harga pangan. Kami melihat adanya kenaikan inflasi dan tekanan pada mata uang nasional sebagai kekurangan devisi," kata Joseph.
Tak hanya sektor pertanian, sektor perbankan pun mengalami penurunan. Sejumlah bank komersial menyatakan telah mengurangi jam kerja mereka untuk mengurangi kontak dengan klien. Begitu pula pada sektor transportasi seperti penerbangan yang berimbas pada kurangnya transaksi ekspor barang. Data World Bank menyatakan pertumbuhan Produk Domestik Afrika Barat menurun dari 4,5 persen menjadi 3,5 persen. (Baca:Vaksin EbolaZMapp Berasal dari Tembakau)