Ilustrasi bendera Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) atau ISIS. TAUSEEF MUSTAFA/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Video warga Indonesia yang mengajak bergabung dengan ISIS beredar di situs YouTube sejak 22 Juli 2014. Dalam video berdurasi delapan menit berjudul "Join the Ranks" itu, seseorang yang menyebut dirinya Abu Muhammad al-Indonesi meminta warga Indonesia mendukung perjuangan ISIS untuk menjadi khilafah dunia. Di Irak, ISIS telah menguasai Kota Mosul dan mengusir umat nonmuslim dari kota itu.
Persenjataan mereka pun terbilang mumpuni. Pendukung ISIS dari Eropa dan Asia ikut bergabung. Lalu bagaimana ISIS mendanai operasinya?
Negara Islam di Irak dan al-Sham (ISIS) mengeluarkan dua laporan mengenai operasi mereka sejak 2012. Disebut al-Naba--berita, laporan ini menggambarkan bagaimana kemampuan dan operasi kelompok yang terkenal dengan balaclava atau tutup kepala hitam tersebut. (Baca: Video WNI Ajak Ikut ISIS Belum Diblokir Kominfo)
- 2011: perang saudara pecah di Suriah. Pendonor dari Kuwait menyalurkan dana bagi pendemo. Akhir tahun, pendanaan mengalir pada kelompok bersenjata yang melawan pemerintah. Al-Bagdhadi menerima dana untuk ikut dalam konflik di Suriah.
- 2012: pendonor mencuit lewat Twitter dan mengunggah video di Twitter, Facebook, dan media sosial lainnya mengenai pembentukan brigade baru pemberontak. Setiap bulan, US$ 280 ribu diberikan kepada sekitar seribu orang. (Baca: BNPT Berkoordinasi dengan Mesir Pantau ISIS)
- Media Sosial: permintaan donasi US$ 800-1.000 untuk membeli RPG (roket peluncur granat) atau senapan AK-47.
- Pendanaan: Negara-negara Teluk memberikan sekitar US$ 100 juta kepada pemberontak pada 2013. Kampanye di Kuwait meminta peningkatan angka menjadi US$ 30 juta bagi 12 ribu orang di Suriah.