Militan pejuang Islam berparade dengan tank di sepanjang jalan provinsi Raqqa utara (30/6). Pejuang Islam militan mengadakan parade di utara provinsi Raqqa Suriah untuk merayakan deklarasi "khalifah" Islam. Negara Islam merupakan cabang Al-Qaeda sebelumnya dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Riyadh - Arab Saudi mengerahkan 30 ribu tentara di perbatasan negeri itu dengan Irak. Televisi Al-Arabiya pada hari Kamis menyatakan penempatan tentara itu dianggap penting setelah wilayah itu dibiarkan Baghdad tanpa penjagaan.
Raja Abdullah memerintahkan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kerajaan terhadap potensi "ancaman teroris". Seruan raja, menurut kantor berita negara SPA, dijawab militer dengan menempatkan tentaranya hari itu juga.
Dalam situsnya, Al-Arabiya mengatakan Arab Saudi memutuskan mengirim tentara ke daerah perbatasan setelah pasukan pemerintah Irak menarik diri, lalu meninggalkan wilayah yang berbatasan dengan Arab Saudi dan Suriah itu tanpa perlindungan. Namun situs yang berbasis di Dubai ini sama sekali tak menyinggung ancaman gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk menghancurkan Kabah.
Dari Bagdad, juru bicara militer Kantor Perdana Menteri Irak membantah mereka menarik pasukan dari wilayah itu. "Ini adalah berita palsu yang bertujuan untuk mempengaruhi moral bangsa kita dan semangat heroisme pejuang kita," kata Letnan Jenderal Qassim Atta kepada wartawan di Bagdad. Ia mengatakan daerah perbatasan, yang sebagian besar merupakan wilayah gurun tanpa penghuni, adalah "sepenuhnya dalam genggaman pasukan perbatasan Irak."
Al Arabiya mengatakan mereka memiliki rekaman video yang menunjukkan 2.500 tentara Irak kembali ke gurun di wilayah timur dari Kota Karbala setelah ditarik kembali dari perbatasan. Seorang petugas dalam video itu mengatakan bahwa tentara telah diperintahkan untuk meninggalkan pos penjagaan karena alasan keamanan jiwa. Namun sejauh ini, keaslian rekaman tidak bisa segera diverifikasi.