TEMPO.CO, Vatikan – Untuk pertama kalinya, Presiden Amerika Barrack Obama menemui Paus Fransiskus di Vatikan pada Kamis, 27 Maret 2014. Dalam pertemuan ini, keduanya membahas agenda bersama dalam melawan ketidaksetaraan global, meskipun ada perbedaan yang luas atas isu-isu sensitif, seperti hak-hak gay dan kontasepsi.
Menurut laporan USA today, pembicaraan ini berlangsung tertutup selama sekitar 50 menit. Waktu ini sedikit lebih lama dibandingkan dengan waktu pertemuan Paus Fransis dengan pemimpin dunia lainnya. Memang, Obama mengakui bahwa ia adalah “pengagum berat” Paus Fransis.
Gedung Putih mengatakan, dari pembicaraan itu, Obama berharap bisa membahas hal-hal global dengan pemimpin Katolik tersebut, di antaranya masalah ketidaksetaraan, proses perdamaian Timur Tengah, isu lingkungan, dan reformasi migrasi.
Setelah selesai berbincang, keduanya pun bertukar hadiah. Obama memberikan sekotak buah dan bibit sayuran dari kebun di Gedung Putih, sedangkan Paus menghadiahkan buku kecil, yakni sebuah dokumen kepausan yang berjudul The Joy of Gospel.
Tak lupa, Obama pun mengundang Paus untuk mengunjungi Amerika pada tahun depan. “Jika Anda memiliki kesempatan untuk datang ke Gedung Putih, kami akan menunjukkan kebun kami,” kata Obama yang langsung dijawab oleh Paus, “Tentu saja!”
ANINGTIAS JATMIKA | USA TODAY
Terpopuler
Kasus MH370 Lumpuhkan Pariwisata Malaysia
Latar Belakang Pilot MH370 Terus Dikorek
Bungsu Pilot MH370 Akhiri Kebisuan Keluarga
Rambut Pria Korut Harus seperti Kim Jong-un
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya