Dua anak berlindung dari ledakan roket misil tak jauh dari tempat mereka bermain sepeda di Damaskus, Suriah. Sesaat sebelum ledakan ini terjadi, sebuah media sedang mewawancarai sejumlah anak mengenai pendepat mereka hidup di zona perang. Dailymail.co.uk/Live Leak
TEMPO.CO, Damaskus – Jumlah anak yang terkena dampak dari perang saudara di Suriah meningkat hingga dua kali lipat dibanding tahun lalu, dengan ratusan ribu pemuda terjebak menjadi bagian dari konflik tersebut.
“Setelah tiga tahun konflik, Suriah kini menjadi salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi seorang anak,” demikian pernyataan dalam laporan dari UNICEF, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 10 Maret 2014.
Lembaga PBB yang menangani masalah anak ini mencatat anak-anak yang menjadi korban telah mencapai angka tertinggi. Setidaknya lebih dari 10 ribu anak telah tewas dalam perang Suriah, tapi sebenarnya jumlah ini mungkin lebih tinggi lagi.
Tidak hanya kematian, banyak pula dari mereka yang hidup dengan kondisi cacat. Terlepas dari semua itu, mereka telah kehilangan hampir seluruh aspek dari masa kanak-kanak mereka, termasuk pendidikan.
Mereka kehilangan ruang kelas dan guru, saudara-saudara, teman, rumah, dan juga rasa aman. Alih-alih belajar dan bermain, mereka justru dipaksa untuk bekerja dan direkrut menjadi militan atau tentara keamanan.