Kisah Djajeng. Nazi dan Pintar Menari (3)

Reporter

Sabtu, 1 Maret 2014 16:38 WIB

Majalah Indonesia Merdekakoleksi Kel. Djajeng Pratomo

TEMPO.CO, Jakarta -Perlawanan terhadap fasisme Jerman pada 1940-an melibatkan beberapa aktivis Perhimpunan Indonesia di Belanda. Mereka saat itu juga memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah seorang aktivis itu bernama Djajeng Pratomo. Ia tinggal di Belanda. Djajeng pernah ditahan di kamp konsentrasi Nazi di Dachau, Muenchen. Kamp Dachau disebut-sebut kamp konsentrasi Nazi yang paling kejam dan banal.

Di kamp ini terdapat banyak fasilitas penyiksaan seperti ruang gas, rumah krematorium dengan tungku pembakaran mayat dan alat siksa beraliran listrik. Ribuan mayat ditumpuk tiap hari sehingga orang harus menggunakan tangga untuk meletakkan mayat di bagian teratas.

Djajeng pada 22 Februari lalu merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Di usianya yang seabad itu, Lea Pamungkas dari Tempo menggali kisah aktivitasnya di Perhimpunan Indonesia dan bagaimana ia bertahan untuk hidup di Kamp Konsetrasi Dachau. Berikut tulisan ketiga dari lima tulisan yang disajikan disini. (Baca: Kisah Djajeng Pratomo di Kamp Nazi ( Bagian 1 )

Dibalik aktivitas politik yang penuh resiko, Djajeng Pratomo punya bakat seni yang baik. Ia pandai menari dan bergamin gamelan. "Saya juga main musik keroncong," kata Djajeng. Ia mengatakan semua bakat seninya diasah sejak tinggal di Belanda.


Mantan pemimpin Redaksi Indonesia yang aktif mensosialisasikan kemerdekaan Indonesia di Eropa bercerita keterlibatannya di Perhimpunan Indonesia justru berawal dari kegiatan seni. Dia menari dan menabuh gamelan di kelompok musik Insulinde milik Kaoem Muda Indonesia- organisasi pekerja Indonesia di Belanda.Pendapatan dari Insulinde ini menyumbang banyak untuk kegiatan Perhimpunan Indonesia.

Djajeng sering terlibat program Roekoen Peladjar Indonesia. Organisasi ini bekerja sama dengan para pekerja kapal, pekerja restoran bahkan para jongos dan babu asal Indonesia. (Baca: Sejoli Berjuang untuk Indonesia (Bagian 2)

Bersama Roekoen Pelajar Indonesia, Djajeng memamerkan tarian di London, Inggris, pada 1939. Kegiatan ini untuk mendanai rakyat Cina melawan fasisme Jepang. Mereka juga dikontrak Institut Kolonial-cikal bakalah Yayasan Tropen. Penontonnya bisa menembus angka seribu. Acara seni yang mereka gelar dapat menghasilkan pendapatan yang lumayan besar hingga institut itu mendapat keuntungan 500 gulden.


Setelah Jerman berkuasa di Belanda, Djajeng terus bergerak dengan menyebarkan penerbitan bawah tanah.Sedangkan aktivitas Insulinde terpaksa dihentikan.

LEA PAMUNGKAS | DIAN YULIASTUTI

Baca Kisah Djajeng Pratama lainnya
Kisah Djajeng Pratomo di Kamp Nazi ( Bagian 1 )
Kisah Djajeng Pratomo dengan Gret (Bagian 2)
Djajeng, Pintar Menari (Bagian 3)
Tahanan 69053 Pengangkut Mayat (Bagian 4)
Cara Djajeng Menyelamatkan Diri (Bagian 5)

Berita terkait

Kilas Balik Perjanjian Roem-Roijen 74 Tahun Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

7 Mei 2023

Kilas Balik Perjanjian Roem-Roijen 74 Tahun Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Usai proklamasi, Indonesia juga berusaha mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomatik tanpa kekerasan, salah satunya perjanjian Roem-Roijen.

Baca Selengkapnya

Representative Office BNI Ada di Belanda

18 Mei 2022

Representative Office BNI Ada di Belanda

Populasi Diaspora di luar negeri merupakan ceruk bisnis yang sangat potensial dalam ekosistem bisnis Internasional BNI

Baca Selengkapnya

Komunitas Muslim Indonesia di Belanda Bangun Masjid  

29 Maret 2017

Komunitas Muslim Indonesia di Belanda Bangun Masjid  

Muslim Youth Union atau PPME Al-Ikhlas membeli bangunan di Amsterdam, Belanda, yang salah satu ruangannya diubah menjadi masjid.

Baca Selengkapnya

PM Belanda: Saya Akan Lawan Kecenderungan Anti-Islam  

26 November 2016

PM Belanda: Saya Akan Lawan Kecenderungan Anti-Islam  

PM Mark Rutte menegaskan, sentimen anti-Islam di Eropa tidak akan mempengaruhi hubungan dengan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Baca Selengkapnya

Bertemu PM Belanda, Jokowi Terkenang Saat Jadi Gubernur DKI

23 November 2016

Bertemu PM Belanda, Jokowi Terkenang Saat Jadi Gubernur DKI

Presiden Joko Widodo pernah bertemu Mark Rutte saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Memperkenalkan Indonesia Kontemporer Lewat Karya Riri Riza

21 November 2016

Memperkenalkan Indonesia Kontemporer Lewat Karya Riri Riza

Indonesia Film Festival 2016 digelar di Utrecht, Belanda, 17-20 November 2016.

Baca Selengkapnya

EKSKLUSIF, PM Belanda Mark Rutte Tolak Referendum Ala Brexit

4 November 2016

EKSKLUSIF, PM Belanda Mark Rutte Tolak Referendum Ala Brexit

Perdana Menteri Kerajaan Belanda Mark Rutte mengatakan ia menentang referendum seperti Brexit di Inggris.

Baca Selengkapnya

Tingkatkan Perdagangan-Investasi, PM Belanda Kunjungi RI  

16 Oktober 2016

Tingkatkan Perdagangan-Investasi, PM Belanda Kunjungi RI  

Persiapan lawatan PM Mark Rutte dibahas dalam pertemuan kedua Menlu di Bangkok, Thailand.

Baca Selengkapnya

Jazz Indonesia Pukau Publik Belanda  

16 Oktober 2016

Jazz Indonesia Pukau Publik Belanda  

Dwiki Dharmawan dan kawan-kawan meriahkan Indonesia Jazz Night 2016 di Den Haag, Belanda.

Baca Selengkapnya

90 Pengusaha Belanda Hadiri Seminar Rediscover Indonesia

24 September 2016

90 Pengusaha Belanda Hadiri Seminar Rediscover Indonesia

PM Belanda akan berkunjung ke Indonesia pada November 2016.

Baca Selengkapnya