TEMPO.CO, Baghdad - Warga Irak yang melarikan diri akibat pertempuran di kota-kota Fallujah dan Ramadi berada pada tingkat yang tidak terlihat sebelumnya sejak perang saudara mulai mencuat di negara itu enam tahun lalu.
Dalam sepekan terakhir saja, sekitar 65.000 orang telah meninggalkan dua kota di Provinsi Anbar, tempat pertempuran sengit antara pemerintah yang dipimpin Syiah menghadapi kelompok Al Qaeda, kata badan pengungsi PBB, UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) dalam sebuah pernyataan.
"Banyak pengungsi...masih membutuhkan makanan, perawatan medis dan bantuan lainnya," kata PBB. "Saat ketidakamanan telah menyebar, banyak keluarga yang melarikan diri beberapa minggu lalu, kini mengungsi lagi."
Lebih dari 140.000 jiwa telah kehilangan tempat tinggal sejak kekerasan pecah di daerah ini pada akhir tahun lalu. Data PBB juga menunjukkan, lebih dari 1,1 juta warga menjadi pengungsi di dalam Irak.
Situasi bagi mereka yang tertangkap dalam pertempuran itu juga mengerikan, kata juru bicara senior UNHCR, Peter Kessler. "Orang-orang masih bertempur dan mortir masih mendarat di sejumlah tempat. Orang-orang tidak memiliki akses ke makanan," katanya.
Irak baru saja melalui 12 bulan kekerasan terburuk dalam beberapa tahun, mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak kemunculannya pada periode pasca-invasi yang paling bergolak antara tahun 2006 dan 2008. Kekerasan mencengkeram Irak setelah Amerika Serikat mengakhiri masa invasinya pada Desember 2011--setelah berada di sana selama delapan tahun.
Dalam beberapa pekan terakhir, para pejuang yang menentang pemerintah Irak telah menguasai bagian-bagian dari kota-kota Ramadi dan Fallujah. Pada Ahad, 19 Januari 2014, pasukan pemerintah melancarkan serangan habis-habisan untuk memukul mundur para pemberontak di Ramadi, kata para pejabat Irak.
NBC News | al-akhbar | Abdul Manan
Berita Lainnya
Penembakan di Mal di Columbia, AS, Tiga Tewas
Diplomatnya Diculik, Mesir Tarik Stafnya di Libya
Anak 12 Tahun Jadi Korban Buaya di Australia
Polisi Brazil-Demonstran Anti-Piala Dunia Bentrok
Lima Diplomat Mesir Diculik di Libya
Presiden Ukraina Sodorkan Konsesi kepada Oposisi