Salinan dokumen perjalanan untuk Edward Snowden yang dikeluarkan Rusia. Dengan dokumen ini mantan teknisi badan intelijen Amerika dapat keluar dari bandara Moskow dan tinggal dalam perlindungan suaka selama setahun. REUTERS/Maxim Shemetov
TEMPO.CO, Washington - Aksi Edward Snowden, yang membocorkan program intelijen Amerika Serikat, membuatnya memiliki musuh berbahaya. Saat komunitas intelijen Amerika berjuang untuk menangani dampak dari pembocoran oleh mantan analis National Security Agency (NSA) itu, intelijen di lapangan menanggapi langkah Snowden itu secara personal.
"Dalam dunia di mana saya tidak dibatasi dari membunuh seorang Amerika, saya secara pribadi akan pergi dan membunuhnya sendiri, " kata seorang analis NSA kepada BuzzFeed, yang dimuat dalam edisi 16 Januari 2014. "Banyak orang memiliki sentimen seperti ini."
"Saya dengan senang hati untuk menyarangkan peluru di kepalanya," kata seorang pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat, yang juga eks perwira di pasukan khusus. "Saya tidak bersenang-senang saat merenggut kehidupan manusia lain, melakukannya saat dalam bertugas, tapi dia seorang pengkhianat terbesar dalam sejarah Amerika."
Pernyataan bernada permusuhan ini berlangsung di tengah perdebatan di dalam negeri soal aksi spionase NSA yang masih berlangsung. Beberapa anggota Kongres AS memuji Snowden sebagai whistle blower, dan New York Times telah menyerukan pemberian grasi terhadapnya, dan sejumlah pakar secara terus menerus membela tindakannya.
Di kalangan komunitas intelijen, Snowden dianggap tidak lebih dari seorang pengkhianat di masa perang. "Namanya dikutuk setiap hari di sini, " kata seorang kontraktor pertahanan kepada BuzzFeed, yang tugasnya melakukan pengumpulan informasi intelijen di luar negeri. "Kebanyakan orang yang berbicara kepada saya mengatakan bahwa ia perlu digantung. Lupakan sidang, gantung saja."
Snowden membuat marah Amerika karena membocorkan program rahasia NSA. Ia pun didakwa dengan Undang Undang Spionase dan pencurian properti pemerintah. Ia kini di Rusia setelah mendapatkan suaka sementara dari Rusia sejak Agustus 2013 lalu.