Patroli tentara Prancis melambaikan tangan kepada anak-anak saat berjaga di antara kawasan landasan terbang dan kamp pengungsian yang dihuni oleh sekitar 100.000 warga di bandara Mpoko, Republik Afrika Tengah (9/1). (AP Photo/Rebecca Blackwell)
TEMPO.CO, Bangui – Konflik antara dua kelompok agama di Republik Afrika Tengah (CAR) membuat PBB kewalahan. Pada Senin, 20 Januari 2014, PBB menyatakan pihaknya kehabisan makanan lantaran semakin banyaknya tunawisma yang menjadi korban konflik ini. Upaya distribusi bantuan ke sejumlah lokasi juga terhambat akibat kerusuhan yang semakin meluas.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan 38 truk yang membawa beras terjebak di perbatasan Kamerun. Para pengemudi menolak untuk menyeberangi perbatasan karena ancaman serangan.
“Terhambatnya distribusi bantuan bisa memperparah keadaan, khususnya di kalangan seratus ribu pengungsi yang penuh sesak di Bandara Bangui,” kata sebuah pernyataan WFP, seperti dilansir dari situs The Guardian.
Konflik antara mayoritas Kristen dan minoritas muslim di negara benua hitam ini mulai pecah sejak Desember lalu. Akibat perang dua kelompok ini, kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, sebanyak 600 orang di Bangui tewas. "Jumlah korban tewas di luar Bangui mungkin lebih besar," ujarnya.
Pemimpin PBB Ban Ki-moon mengatakan ia "sangat prihatin" tentang kekerasan dan krisis kemanusiaan di Republik Afrika Tengah dalam sebuah pernyataan menyambut pemilihan Catherine Samba Panza sebagai pemimpin sementara baru negara itu.