Janji Obama Ditanggapi Beragam di Eropa dan Brazil
Editor
Abdul Manan
Senin, 20 Januari 2014 05:59 WIB
TEMPO.CO , London: Sebagian orang Eropa merasa tak puas dengan pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengenai reformasi terbatas atas praktik spionase badan intelijennya, National Security Agency (NSA). Rencana reformasi NSA itu disampaikan Obama dalam pidato di Washington, Jumat 17 Januari 2014.
Reformasi NSA ini dilakukan setelah debat publik hebat, serta kecaman internasional, setelah eks analis NSA Edward Snowden membocorkan program spionase NSA. Selain menyadap data di internet, menurut bcooran dokumen Snowden, NSA juga menyadap komunikasi pemimpin sejumlah negara Amerika Latin dan Uni Eropa.
Viviane Reding, wakil presiden Komisi Eropa, menyebut pidato Obama itu merupakan langkah ke arah yang benar: "Saya mendorong untuk melihat bahwa warga negara non-AS memperoleh manfaat dari pengamanan terhadap aksi mata-mata. Dalam perlindungan data yang kita percaya. Saya setuju dengan Presiden Obama (yang mengatakan) lebih banyak pekerjaan yang dibutuhkan di masa mendatang. Saya ingin melihat komitmen ini diikuti oleh tindakan legislatif."
Jan-Phillip Albrecht, anggota parlemen Jerman yang berjuang melalui parlemen untuk membatasi Eropa untuk mentransfer data kepada Amerika Serikat, menolak inisiatif Gedung Putih. "Ini sama sekali tidak memadai," kata Albrecht. "Pengumpulan data terhadap orang asing akan jalan terus. Hampir tidak ada (yangberubah) di sini untuk orang Eropa. Saya tidak melihat keterbatasan lebih lanjut dalam lingkup. Tidak ada di sini yang mengarah ke perubahan situasi."
Claude Moraes, anggota partai buruh Inggris yang menulis laporan parlemen Eropa soal NSA, pekan lalu, memberi sedikit pujian. "Ada pengakuan substansial bahwa NSA telah menyebabkan keprihatinan yang sangat mendalam dan kecemasan di Eropa . Tetapi akan ada jeda besar sebelum kita bisa menilai apakah perlindungan itu akan terjadi untuk warga negara Uni Eropa," katanya.
Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel, Steffen Seibert, mengatakan: "Pemerintah akan menganalisis pengumuman presiden AS dengan hati-hati. Banyak orang di Jerman berhak khawatir tentang keamanan data pribadi mereka setelah keluarnya laporan tentang aktivitas NSA. Dengan latar belakang ini kami secara prinsip menyambut bahwa perlindungan data dan hak-hak pribadi juga warga negara non-AS akan dipertimbangkan lebih serius di masa depan."
"Untuk pemerintah Jerman, kerjasama dengan badan-badan intelijen negara-negara sekutu adalah kepentingan bersama . Namun, perlindungan data dan hak-hak warga negara Jerman juga harus diperhitungkan. Seperti sebelumnya , pemerintah Jerman percaya bahwa aturan hukum Jerman harus dihormati di tanah Jerman, dan terutama oleh mitra dan sekutu dekat."
Norbert Röttgen, mantan menteri lingkungan dari CDU yang kini menjadi penasihat pemerintah dalam kebijakan luar negeri, mengatakan kepada televisi ZDF bahwa Obama telah gagal untuk memenuhi harapan terrendahnya melalui pidato itu. "Perubahan yang ditawarkan oleh Presiden Obama lebih bersifat teknis dan sayangnya gagal untuk mengatasi masalah dasar: kita memiliki perselisihan transatlantik atas soal titik berat pada masalah keamanan dan kebebasan. Adalah penting bahwa kita mengembangkan dialog saling pengertian dalam soal ini," katanya.
Nick Pickles, direktur Big Brother Watch, organisasi berbasis di Ingris, mengatakan: "Presiden Obama mengakui debat publik tidak cukup dan hukum telah gagal untuk mengikuti perubahan teknologi. Kedua masalah ini lebih jelas di Inggris, tapi kurang diperhatikan oleh lembaga di sini. Jelas bahwa Inggris sudah tertinggal di belakang Amerika Serikat dalam hal pengawasan dan akuntabilitas atas praktik pengintaian, tanpa keterlibatan pengadilan atau transparansi yang bermakna. Kesenjangan itu seperti diatur untuk terus meluas dan itu harus menjadi panggilan bagi parlemen untuk bertindak."
"Presiden Obama menekankan perlunya pengawasan yudisial oleh pengadilan, transparansi oleh pemerintah dan perusahaan, dan adanya dasar hukum dari program pengintaian untuk masyarakat umum. Semua masalah ini harus dikejar di Inggris untuk melindungi privasi dan perekonomian kita," kata Pickles.
Pemerintah Brazil melangkah lebih jauh daripada kebanyakan pengkritik program mata-mata AS setelah tersiar kabar bahwa NSA memata-matai komunikasi Presiden Dilma Rousseff, menyadap komunikasi perusahaan terbesar di negara itu, Petrobras, dan mengumpulkan telepon dan email jutaan warga Brazil. September 2013, Rousseff membatalkan acara makan malam di Gedung Putih setelah gagal menerima penjelasan yang memadai dari Obama tentang mengapa AS melakukan aksi spionase terhadap negara ini. Para pejabat di Brasilia mengatakan, pemerintah tidak berencana untuk berkomentar did epan publik atas pidato Obama.
Ronaldo Lemos, direktur Institute of Technology dan Society of Rio de Janeiro, mengatakan, pidato Obama itu akan membantu untuk mengurangi kemarahan publik dan pemerintah terhadap AS. "Saya pikir itu membuka jalan bagi hubungan Brazil-AS yang lebih baik," kata Lemos. "Ini positif bahwa Obama pada dasarnya mengatakan bahwa hak-hak orang asing, warga negara non-AS, akan diperhitungkan. Menurut pidato itu, juga akan ada teks normatif mengatakan apa yang akan mereka lakukan dan tidak akan mereka lakukan untuk menghormati negara lainnya."
Pengamat lain kecewa atas pidato Obama. "Seperti yang saya pahami, tak banyak yang berubah (dari pidato Obama), " kata Jonatas Lucena, pengacara berbasis di São Paulo yang mengkhususkan diri dalam kejahatan internet. "Dia telah mengumumkan bahwa NSA tidak akan memata-matai pemimpin sekutu AS, tetapi sampai titik mana itu benar? Saya tidak berpikir kepala negara asing akan percaya ini, tapi apa alternatif yang mereka miliki? "
Tapi dia memuji pemerintah AS untuk melakukan debat tersebut dan untuk mengejar kepentingan nasional yang lebih tulus daripada politisi di Brazil. Menurut dia, politisi di negara ini perlu berbuat lebih banyak untuk mengurangi ketergantungan negara pada teknologi AS.
Guardian | Abdul Manan