Ternyata Snowden Belajar Ilmu 'Hacker' di India  

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Sabtu, 18 Januari 2014 11:18 WIB

Pembocor data intelijen Amerika Edward Snowden menunduk saat mengadakan pertemuan tertutup dengan beberapa aktivis HAM dan pejabat negara di bandara Moskow, Rusia (12/7). Ia sudah terjebak di zona transit bandara ini sejak 23 Juni. (AP Photo/Human Rights Watch, Tanya Lokshina)

TEMPO.CO, New Delhi - Hampir tiga tahun sebelum ia mengungkapkan program mata-mata National Security Agency, Edward Snowden diam-diam melakukan perjalanan ke New Delhi, India. Di sana, ia menghabiskan enam hari untuk mengikuti kursus peretasan dan pemrograman komputer dan pemrograman lain di sebuah lembaga pendidikan negeri itu.

Didampingi instruktur pribadi, Snowden, yang saat itu menjabat sebagai kontraktor untuk agen mata-mata NSA, mengambil kursus etika peretasan, di mana ia belajar teknik canggih untuk membobol sistem komputer dan mengeksploitasi kelemahan dalam software. Tujuan pendidikan itu adalah untuk melatih siswa untuk melindungi komputer dan isinya dari pencuri dan mata-mata.

Sebelum sampai ke materi utama, mereka belajar bagaimana untuk masuk ke dalam sebuah sistem komputer dan mencuri informasi. Snowden juga bertanya tentang metode reverse-engineer, cara yang paling populer di dunia untuk menyebarluaskan kejahatan online.

Snowden diketahui tidak mengungkapkan perjalanannya ke India kepada penyidik saat ia memperbaharui izin akses keamanan rahasia NSA pada tahun berikutnya. Izin itu diberikan hanya kepada orang-orang tertentu untuk bisa mengakses 1,7 juta file rahasia. File inilah yang kemudian dicurinya dan dikirimkan pada dua media, sebelum akhirnya dipublikasikan dan menimbulkan kegemparan.

Para pejabat intelijen AS menyalahkan perusahaan yang mempekerjakan Snowden. Kini, mempertanyakan seseorang pernah ke luar negeri dan apa yang mereka lakukan menjadi salah satu prosedur baku untuk mendeteksi apakah seseorang mata-mata mumpuni atau tidak.

Tapi Foreign Policy menyatakan perjalanan Snowden ke India seharusnya tidak menjadi misteri bagi pemerintah AS atau badan-badan intelijen negeri itu. "Snowden berada di negara itu dalam kapasitas sebagai kontraktor NSA yang dipekerjakan untuk membantu sebagai ahli teknis di kedutaan besar AS di New Delhi," kata seorang sumber.

Snowden juga mengatakan kepada instruktur komputernya bahwa ia bekerja untuk NSA. "Ia juga menyatakan berada di kota ini untuk sebuah urusan bisnis," kata Rohit Aggarwal, CEO dan pendiri sekolah teknologi informasi Koenig Solutions.

Namun hingga kini, apa pekerjaan yang dilakukan Snowden di kedutaan di New Delhi tidak pernah jelas. Sebelumnya, ia bekerja sebagai spesialis teknologi untuk Dell di fasilitas NSA di Jepang.

Kuat dugaan, ia melakukan pekerjaan mata-mata cyber di India. Pasalnya, bukan rahasia lagi personel intelijen AS sering ditempatkan di kedutaan mereka di luar negeri untuk tugas-tugas spesifik.

Dugaan ini dikuatkan oleh dokumen yang diungkapkan Snowden yang menggambarkan sebuah program yang disebut 'Stateroom', yang mengumpulkan komunikasi elektronik menggunakan peralatan yang berbasis di kedutaan besar AS di seluruh dunia. Dokumen-dokumen lain yang dirilis Snowden menunjukkan bahwa NSA mungkin telah memata-matai Kedutaan Besar India di Washington dan misi negara itu untuk PBB.

Juru bicara untuk NSA , CIA, dan Kantor Direktur Intelijen Nasional semua menolak memberikan komentar terkait berita ini.

AL JAZEERA | DAWN.COM | TRIP B

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya