Petugas memeriksa kerusakan pada Gereja yang hancur oleh bom di pinggiran kota Kuala Lumpur Desa Melawati, Jumat (8/1). Aksi ini dipicu oleh larangan terhadap non-Muslim menggunakan kata "Allah". AP Photo/Mark Baker
Umat Kristen dari negara-negara pedesaan Malaysia di Sabah dan Sarawak di Kalimantan telah menggunakan kata Allah selama berabad-abad. Sebagian dari mereka telah pindah berbondong-bondong ke Selangor dan bagian lain dari Semenanjung Malaysia dalam beberapa tahun terakhir untuk mencari pekerjaan.
Partai politik utama dalam koalisi Najib, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), mengatakan Selangor akan menyerukan kepada semua gereja di negara bagian mengenai penggunaan kata Allah. "Ada hukum di Selangor dan ada keputusan Sultan. Jadi apa yang mereka lakukan adalah melaksanakan keputusan Sultan," kata Wakil Perdana Menteri dan Wakil Presiden UMNO Muhyiddin Yassin.
Sultan Selangor, salah satu dari sembilan sultan yang berfungsi sebagai kepala tituler negara Malaysia, memutuskan tahun lalu bahwa non-muslim harus menahan diri dari menggunakan Allah dalam Alkitab. Ia meminta umat Islam untuk bersatu melawan mereka yang menyalahgunakan kata.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.