Anak-anak para pengungsi Rohingya mengungsi di Gedung LBH Jakarta, (09/07). Mereka mengharapkan dan meminta bantuan LBH Jakarta untuk mencari suaka ke Australia. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Myanmar - Utusan Khusus PBB Bidang Hak Asasi Manusia, Tomas Ojea Quintana, mengecam kekerasan terhadap minoritas muslim di Myanmar. Menurut Ojea, kekerasan terhadap minoritas muslim di Myanmar akan mengancam ekonomi negara dan reformasi politik.
"Situasi di negara bagian Rakhine melebar menjadi perasaan antimuslim di Myanmar. Hal itu bakal mengancam proses reformasi di sana," kata Quintana di depan peserta pembahasan masalah HAM Sidang Umum PBB, Kamis, 24 Oktober 2013. "Negara bagian Rakhine tetap dalam situasi krisis yang mendalam."
Dia menambahkan, "Diduga telah terjadi pelanggaran berat sejak pecah kerusuhan Juni 2012 lalu, termasuk keterlibatan petugas keamanan (Myanmar)."
Dalam kerusuhan Juni dan Oktober 2012, menurut pemerintah, sedikitnya 192 orang tewas. Bentrokan berdarah itu terjadi antara etnis Buddha Rakhine dan muslim Rohingya yang dituduh sebagai pendatang haram dari Banglades.
Bentrok mematikan itu, selanjutnya, kian meluas ke berbagai wilayah negara dengan sasaran umat muslim Myanmar, termasuk kaum Kamans yang berbeda dengan etnis Rohingnya.