Malala Yousafzai berfoto dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon pada acara Youth Assembly di markas PBB, New York (12/7). Dalam acara ini hari kelahiran Malala yang jatuh pada 12 Juli ditetapkan sebagai Hari Malala. REUTERS/Brendan McDermid
TEMPO.CO, New York – Malala Yousafzai mengatakan, ia bercita-cita menjadi perdana menteri untuk negaranya. Pernyataan itu ia sampaikan saat diwawancarai oleh seorang wartawan CNN pada kunjungannya ke New York.
“Saya ingin mengalokasikan banyak anggaran untuk pendidikan,” ujar Malala saat ditanyai mengenai alasannya, seperti dilansir laman CBS News, hari ini. Malala mengakui bahwa dirinya pernah ingin menjadi dokter. Tapi, ia telah memahami, sesungguhnya, menjadi perdana menteri bisa lebih banyak membantu orang ketimbang menjadi dokter.
Sebagai seorang gadis berusia 16 tahun, hidup Malala begitu mendebarkan. Ia sempat begitu dekat dengan kematian saat ditembak tentara Taliban. Ini terjadi karena Malala secara vokal mendukung pendidikan untuk anak perempuan.
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
18 hari lalu
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
22 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.