TEMPO.CO, Kairo - Al Jazeera, lembaga penyiaran berbasis di Qatar, menyatakan bahwa sinyal satelit siaran mereka diganggu oleh pihak berwenang Mesir. Mereka juga dipaksa mengubah frekuensi agar pemirsa bisa menikmati siarannya.
Dalam pengakuannya, Al Jazeera menerangkan, lembaga penyiarannya acap kali dipaksa mengubah frekuensi sehingga pemirsa di Mesir bisa menyaksikan siaran berita dan olahraga.
Pada Selasa, 3 September 2013, Al Jazeera mengumumkan menunjuk para ahli independen untuk menelisik lokasi sumber gangguan. Hasil investigasi mengarah pada dua lokasi, sekaligus yang bertanggung jawab atas gangguan sinyal satelit.
Tim pelacak menunjuk dua lokasi di timur dan barat Kairo serta secara khusus mengidentifikasi pangkalan militer sebagai sumber gangguan satelit.
Setelah militer mengambil alih kekuasaan di Mesir pada 3 Juli 2013, Al Jazeera menjadi salah satu dari beberapa media asing yang mendapatkan tekanan. Kantor Al Jazeera beberapa kali diserang, termasuk penahanan terhadap para jurnalisnya.
Otoritas Mesir pada Senin, 2 September 2013, juga mengusir tiga awak televisi yang bekerja untuk Al Jazeera berbahasa Inggris, Al Jazeera Mesir, dan Al Jazeera Mubassher Misr, setelah mereka ditahan selama sepekan lantaran dituduh bekerja ilegal.