Pendapat Ahli Politik Soal Kudeta dan Al-Ikhwan

Reporter

Editor

Natalia Santi

Senin, 2 September 2013 16:37 WIB

Suasana di sekitar Rabaa Adawiya saat sejumlah pendung tergulingnya Presiden Mohammed Morsi menentang pemerinh Militer Mesir saat menghancurkan sejumlah kamp mereka di Kairo, Mesir, (15/8). dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta- Mohammed El-Sayed Selim pernah beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Tapi pada kunjungan pekan lalu, ia khusus datang untuk membantu memberi penjelasan soal kontroversi peristiwa terbaru di Mesir saat demonstrasi anti-pemerintah pada 30 Juni berujung pada penggulingan Muhammad Mursi --presiden Mesir yang dipilih secara demokratis-- oleh militer pada 3 Juli lalu. Saat massa pendukung Mursi berdemonstrasi, yang dihadapi dengan keras oleh militer Mesir sehingga menewaskan sekitar 700-an orang, Pemerintah Indonesia menyampaikan keprihatinan dan minta Mesir menghormati hak berdemonstrasi secara damai.

Menurut El-Sayed, Mesir menghargai kebijakan Indonesia dibanding Malaysia yang cenderung ingin membawa sebagai masalah internasional. Ia menjelaskan antara lain soal perbedaan dan persamaan situasi Mesir saat ini dengan Indonesia tahun 1998, kenapa Mursi masih ditahan dan pemimpin Al-Ikhwan al-Muslimun ditangkap, dalam wawancara dengan wartawan Tempo, Natalia Santi dan fotografer Aditya Noviansyah di Kedutaan Besar Mesir di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Apa yang membuat Anda diutus Kementerian Luar Negeri Mesir secara khusus untuk menjelaskan situasi di sana?

Dalam hal ini saya adalah wakil dari masyarakat sipil, bukan wakil pemerintah. Ini adalah inisiatif pribadi. Ketika saya sampaikan ke Kementerian Luar Negeri, mereka sangat mendukung. Mereka pikir akan lebih baik jika masyarakat sipil juga berperan dalam diplomasi.

Setelah revolusi 30 Juni, saya menemukan banyak kontroversi di Indonesia terkait situasi di Mesir. Banyak yang menyebut ini kudeta, 'Mesir melawan Islam', 'Islam terancam', dan sebagainya. Kesalahan persepsi ini sebenarnya sudah banyak dijelaskan dalam berbagai media di Mesir, tetapi saya merasa harus datang sendiri, bertemu langsung dengan orang-orang, akademisi, masyarakat sipil, dan orang-orang seperti Anda.

Adakah persamaan atau perbedaan yang terjadi di Mesir dengan Indonesia tahun 1998?

Persamaannya, terutama, bahwa periode transisi tidak mudah. Banyak kesulitan di sana sini. Tapi Indonesia beruntung berhasil membentuk institusi-institusi perangkat demokrasi secara konsensus di masa-masa awal transisi. Kami tidak mampu melakukannya.

Sejak Januari 2011 sampai sekarang, kami tidak punya parlemen. Tapi Anda punya parlemen, yang mampu menangani masalah ketika salah satu presiden Anda mundur. Di Mesir, ketika Mursi tidak mengelola pemerintahan dengan baik, tidak ada Parlemen yang menyelesaikan masalah ini. Satu-satunya insitusi yang ada adalah militer.

Kalian punya partai politik tradisional, yang bahkan sudah ada sejak masa pemerintahan Soeharto. Kami tidak punya. Ketika Husni Mubarak terguling, tidak ada partai politik sipil yang meneruskan proses demokrasi. Satu-satunya kelompok yang terorganisir adalah Al-Ikhwan al-Muslimun. Dan merekalah yang “mencuri revolusi”. Mereka juga mengeliminasi yang lainnya dalam revolusi itu. Karena itulah terjadi revolusi 30 Juni.

Di Indonesia, masa transisi tidak sesulit di Mesir. Tidak ada perpecahan seperti di negara kami. Tetapi Alhamdullilah, Insya Allah, semuanya akan menuju ke arah yang benar.

Saat Indonesia di masa transisi, tidak ada partai yang dilarang dan politisi yang ditangkap seperti di Mesir?

Jangan salah sangka. Al-Ikhwan masih terus kami ikutsertakan dalam transisi Mesir. Semua partai politik. Partai Keadilan dan Kebebasan masih beroperasi. Para pemimpin mereka yang ditahan karena memicu kekerasan, menggunakan senjata, dan melumpuhkan usaha rakyat, baik di Nasr City, Kairo, dan kota-kota lain. Ada juga pemimpin Al-Ikhwan yang tidak ditangkap dan mereka sekarang turut dalam proses politik. Salah satunya Muhammad Ali Bashir. Demikian pula kelompok dan partai Islam lainnya.

<!--more-->

Siapa di belakang gerakan 30 Juni yang berujung pada penggulingan Mursi pada 3 Juli?

Bukan tentara. Ini adalah gerakan anak muda. Orang-orang yang berusia 20-an tahun, penggerak di jejaring sosial, sebuah blok yang anggotanya berjumlah hampir 30 juta. Mereka berpendidikan lebih baik dari saya. Mereka saling berhubungan dan menggulingkan Mubarak. Bahkan para pemimpin partai, dan tentara, menuruti keinginan mereka, ketimbang memimpin mereka. Beberapa kalangan mengatakan, mengapa tidak menunggu masa pemerintahan Mursi berakhir tiga tahun lagi. Mereka tidak bisa menunggu. Anak-anak muda ini sudah tidak sabar lagi.

Kenapa?

Orang-orang menderita, ekonomi menurun, kebebasan informasi di batasi, juga kebebasan pers. Karena itu mereka tidak bisa menunggu. Setiap hari situasinya terus menurun. Saya orang yang konservatif, tapi anak-anak muda itu tidak mendengarkan saya. Anak saya juga ikut gerakan 30 Juni, meski saya melarang. Mesir punya sumber alam, dan yang kita perlukan kebijakan yang lebih baik. Bahkan pemerintah baru juga sudah dikritik oleh anak-anak muda itu. Mereka sudah menuntut pemerintah untuk mengurangi kesenjangan mereka yang bergaji tinggi dengan yang bergaji rendah.

Media-media Islam yang menyebut peristiwa 3 Juli sebagai kudeta, ditutup, dan wartawan yang menggunakan kata itu dalam artikel mereka, ditangkap. Apa dasarnya?

Itu tidak benar. Semalam saya membaca dua artikel di Al Shorouk, media utama di Mesir, tulisan Fahmi Wabby dan S Abdel Fattah. Kedua-duanya teman saya, dari Universitas Kairo. Keduanya menggunakan istilah kudeta dan tidak diapa-apakan.

Tapi memang ada dua stasiun televisi Salafis yang ditutup karena mereka memicu kekerasan antar warga Mesir. Mereka secara terbuka mengatakan kepada penonton, ini nama-namanya, si A, si B, si C, ini nomor teleponnya, pergi dan bunuh mereka.



<!--more-->



Anda menyebut apa peristiwa 3 Juli kalau bukan kudeta?

Konsepnya tidak penting. Bisa pemberontakan, kudeta, revolusi.

Atau reformasi?

Kejadian di Mesir bukan reformasi. Saya sendiri menyebutnya sebagai pemberontakan. Rakyat ingin memulihkan revolusi yang dicuri pada Januari 2011. Saya tidak menggunakan kata ‘kudeta’ karena itu artinya militer meninggalkan barak untuk menggulingkan pemerintahan yang demokratis, lalu memerintah. Bukan itu yang terjadi di Mesir.

Apakah tentara berada di belakang aksi-aksi anti-Mursi?

Tentara bukanlah alien. Di Mesir, tentara berperan melindungi rakyat dari agresi asing, melindungi masyarakat dari kehancuran. Dan itu yang terjadi di Mesir tahun ini. Tidak ada institusi lain yang bisa melakukannya. Tentara punya tugas. Kalau masyarakat runtuh, tentara juga. Tentara juga tidak memerintah, juga tidak bergabung di pemerintahan.

Setelah Mursi dgulingkan, ia lantas ditahan ditempat tersembunyi. Kenapa militer melakukan itu?

Mursi dikenakan dakwaan karena melanggar hukum. Dia bukan tahanan politik. Tuduhannya adalah membunuh demonstran di Port Said. Saya ingat ketika itu Mursi mengatakan “saya perintahkan polisi menggunakan kekuatan penuh untuk melawannya.” Itu memberikan wewenang polisi untuk membunuh demonstran. Anda tanya saya Mursi di mana? Saya tidak akan menjawab pertanyaan ini karena saya tidak tahu dia dimana.

Kenapa Mursi harus disembunyikan?

Al-Ikhwan bersumpah akan menerobos masuk ke tempat di mana dia disembunyikan dan membebaskannya. Dan jika itu dilakukan, dan tentara mempertahankan, Mursi bisa saja terbunuh.


<!--more-->

Bagaimana Anda menilai kebijakan Indonesia terkait perkembangan baru di Mesir?

Saya kemarin bertemu pejabat Kementerian Luar Negeri dan saya sampaikan bahwa kami menghormati kebijakan Indonesia. Tidak seperti Malaysia, yang berusaha menginternasionalisasi masalah Mesir. Indonesia tidak seperti itu. Itu yang kami hargai. Yang kami perlukan adalah dukungan, konsultasi, mungkin nasihat, lebih banyak kerja sama, penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, transfer pengalaman, lebih banyak imbauan ke saudara kami untuk menghindari kekerasan.

Indonesia sudah melakukan arah pendekatan yang tepat. Saya tahu ada orang-orang Indonesia yang tidak suka, tapi saya yakin lama-lama mereka akan memahami. Mesir akan kolaps jika saudara-saudara mereka di sana melakukan hal ini.

***

Nama: Mohammed El-Sayed Selim
Jabatan: Profesor Ilmu Politik, Universitas Kairo, Mesir
Pendidikan: Doktor Ilmu Politik Universitas Carleton, Kanada, 1979
Kepakaran: Hubungan Internasional dan Politik Perbandingan (teori, kebijakan luar negeri, Timur Tengah dan Asia)

Berita Lainnya:
Jusuf Kalla: Jokowi Harus Nyapres
Jokowi Resmikan Blok G, Tanah Abang Macet
Begini Cara Jokowi Promosikan Blok G Tanah Abang
Relokasi Blok G Cepat, Jokowi Tungguin Tukang Cat
Pedagang Ucapkan Terimakasih kepada Jokowi

Berita terkait

Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

8 September 2017

Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu

Baca Selengkapnya

Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

31 Agustus 2017

Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.

Baca Selengkapnya

PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

10 Agustus 2017

PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir

Baca Selengkapnya

Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

24 Juli 2017

Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.

Baca Selengkapnya

Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

15 Juni 2017

Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.

Baca Selengkapnya

Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

27 Mei 2017

Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.

Baca Selengkapnya

Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

8 Mei 2017

Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad

Baca Selengkapnya

Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

6 Mei 2017

Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.

Baca Selengkapnya

Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

5 Mei 2017

Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.

Baca Selengkapnya

Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

4 Mei 2017

Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya