TEMPO.CO, Istanbul - Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan mengecam Uni Eropa dan negara-negara lain-lain karena diam menyikapi apa yang tengah terjadi di Mesir. Puluhan pendukung Presiden Muhammad Mursi tewas dalam aksi unjuk rasa berakhir rusuh di Kairo pada Sabtu.
Erdogan menuduh Uni Eropa berstandar ganda terkait Mesir. "Mereka yang diam ketika kehendak nasional Mesir dibantai. Mereka diam lagi ketika orang dibantai. Apa yang terjadi dengan Uni Eropa, (dan) nilai-nilai Eropa, di mana orang-orang yang berkeliling memberikan pelajaran dalam demokrasi?" kata Erdogan dalam sebuah pidato kepada sekelompok pengusaha di Istanbul, yang disiarkan di televisi.
"Di mana PBB? Mana mereka yang menciptakan kehebohan ketika polisi Turki, dengan cara yang sepenuhnya dibenarkan dan sah, menggunakan meriam air dan gas air mata kepada demonstran," katanya.
Militer Mesir mulai bertindak keras terhadap aksi pendukung Mursi. Mereka membubarkan paksa aksi pro-Mursi di beberapa lokasi. Setidaknya 136 orang dilaporkan tewas dan ratusan orang terluka.
Bentrokan sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi terjadi di beberapa titik di Ibu Kota Kairo, misalnya di bundaran Masjid Rabaah al-Adawiyah, Nasr City, Kairo, Jembatan 6 Oktober yang berjarak 1 kilometer, serta bundaran Nahda di dekat Universitas Kairo di Gina.
Di lapangan Rabaah, militer merangsek ke arah pendukung Mursi yang melakukan aksi duduk menjelang salat subuh. Kantor berita Reuters menyebutkan lebih dari 30 orang tewas, Al-Jazeera menuliskan angka 75 orang, sedangkan Guardian, Dailymail, dan BBC menuliskan 136 orang tewas. Adapun televisi pemerintah, mengutip pernyataan kementerian kesehatan, menyebutkan hanya 21 orang yang tewas.
Beberapa hari sebelumnya, tentara menyerukan mandat rakyat untuk memberangus "kekerasan dan terorisme". Mursi terguling karena campur tangan militer pada tanggal 3 Juli.
REUTERS | TRIP B
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya