4 Hal Tentang Bom Boston Marathon

Reporter

Editor

Pruwanto

Selasa, 23 April 2013 11:55 WIB

Tsegaye Kebede, pelari asal Kenya,memenangkan pertandingan lari maraton putra dalam ajang London Marathon di the Mall, London, Inggris, Minggu (21/4). London Marathon tetap dilangsungkan sesuai jadwal pada hari Minggu walaupun ada kekhawatiran menyusul tragedi bom Boston 6 hari yang lalu. AP/Alastair Grant

TEMPO.CO, Jakarta - Bom Boston Marathon yang terjadi pekan lalu begitu menjadi sorotan media asing. Bahkan, karena kejadian tersebut Presiden Barrack Obama berjanji akan mengejar pelaku hingga ke ujung dunia. Empat hal ini perlu diketahui mengenai peristiwa itu.

1. Jenis Bom

Ledakan di Boston Marathon begitu menghebohkan Amerika Serikat. Padahal, ledakan itu tidak berasal dari sebuah bom berdaya ledak kuat. Saat ledakan, tak ada tanda-tanda darah di lokasi kejadian. Getaran bom semestinya bisa memcahkan kaca pada radius tertentu. Dalam sebuah gambar, banyak kaca gedung dekat lokasi masih utuh.

Kepala Kepolisian Kota Boston, Komisaris Edward Davis, meminta semua orang kembali ke hotel dan menghindari kerumunan. Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga berjanji akan mengerahkan semua kekuatan untuk mengungkap pelaku peledakaan. Pemerintah akan menurunkan FBI untuk menyelidiki kasus ini. (Pelaku Bom Boston Marathon Diburu ke Ujung Dunia). Belakangan agen FBI menyatakan kalau bom Boston terbuat dari barang rongsokan.

2. Korban
Otoritas setempat menyebutkan ada tiga korban dalam ledakan Bom Boston Marathon. Korban pertama adalah Krystle Campbell. Korban kedua adalah anak berusia 8 tahun, Martin Richard, dan korban ketiga Lu Lingzi, wanita berkewarganegaraan Cina. Sekitar 15 dari sekitar 134 korban luka lain luka parah. Dari jenis bom, bisa saja memunculkan korban tewas.

3. Pelaku
Polisi semula mencari lelaki berkulit gelap yang selalu berusaha masuk wilayah panitia lomba. Pria yang mengenakan pakaian hitam, menenteng tas ransel hitam, dan beraksen asing. (Pelaku Bom Boston Tewas karena Ledakan). Pencarian itu salah satunya mengacu pada video saat ledakan terjadi. Seorang lelaki terlihat berlari cepat di antara kerumuman orang yang panik dari lokasi ledakan. Celana warna gelapnya robek. (Baca: Pelaku Bom Boston Bertopi Putih Terus Dikejar)

Belakangan, sejumlah media Amerika Serikat mengklaim sumber-sumber mereka telah mengetahui identitas pelaku pengeboman di garis finish Boston Marathon. Pelakunya disebut-sebut sebagai dua bersaudara dari Chechnya, Rusia. Yang lebih muda bernama Dzhokhar A. Tsarnaev, 19 tahun, sekarang sedang dikejar polisi. Kakaknya, Tamerlan Tsarnaev, 26 tahun, tewas di rumah sakit setelah terlibat baku tembak dengan polisi.

4. Peristiwa Lain
Ada peristiwa lain di luar agenda Boston Marathon. Sebelum kejadian, teradapat latihan penyisiran bom di lokasi kejadian. Seorang saksi mata pada dua ledakan di Boston Marathon mengatakan ada kegiatan “penyisiran bom” memakai anjing pelacak yang berulang kali diumumkan sebelum bom meledak.

Seorang pelatih di University of Mobile Cross Country Ali Stevenson mengatakan kepada stasiun televisi lokal Local 15 News, “Mereka terus membuat pengumuman melalui pengeras suara bahwa semua itu (penyisiran bom) hanyalah latihan biasa dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sepertinya ada semacam ancaman, tetapi mereka terus mengatakan meraka hanya latihan.” Apakah anjing pelacak itu kecolongan?

WANTO

Topik Terhangat:
Ujian Nasional |
Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya | Prahara Demokrat

Berita Terpopuler:
Hari Bumi 2013: Pergantian Musim Google Doodle

Tersangka Bom Boston Ngetwit Setelah Ledakan

Menteri Keuangan Diberhentikan Saat Bertugas di AS


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya