Curahan Hati Ibu Tersangka Bom Boston

Reporter

Minggu, 21 April 2013 11:43 WIB

Zubeidat Tsarnaev, ibu dari kedua tersangka pelaku bom Boston merasa kedua anaknya tidak bersalah dan dijebak. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Kesedihan mendalam dialami Zubeidat Tsarnaeva, ibu dari Tamerlan dan Dzhokar Tsarnaev, dua tersangka pelaku bom Boston Marathon. "Aku kehilangan dua putra," kata Zubeidat sebagaimana dilansir situs ABC News, Minggu, 21 April 2013. (Baca: Terluka, Tersangka Bom Boston Tak Bisa Bicara)

Setelah Tamerlan terbunuh dalam pengejaran polisi, sang ibu mengaku takut Dzhokar yang tertangkap hidup-hidup akan menerima hukuman mati. Dalam wawancara yang penuh isak tangis melalui sambungan telepon, Zubeidat mengaku dia dan suaminya ingin pergi ke Amerika mengunjungi Dzhokar. Tapi dia khawatir tidak akan bisa melakukan itu. Sebab, dia kini adalah orang tua dari tersangka kasus terorisme.

Zubeidat mengulangi lagi pengakuan yang diungkapkan suaminya bahwa kasus yang menimpa anaknya itu "dibingkai" oleh pemerintah Amerika. Dia mengatakan, putra tertuanya, Tamerlan, 26 tahun, diinvestigasi dua tahun lalu oleh FBI hanya karena "dia mencintai Islam", padahal dia "tidak melakukan hal buruk apa pun".

FBI mengatakan dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat lalu bahwa pihaknya menginvestigasi Tamerlan pada 2011 atas permintaan pemerintah asing. Namun FBI tidak mengungkap pemerintah asing mana yang meminta investigasi atas Tamerlan. (Baca: FBI Pernah Wawancarai Tersangka Bom Boston)

"Permintaan itu didasarkan atas informasi bahwa Tamerlan adalah pengikut Islam radikal dan penganut yang kuat, dan dia berubah secara drastis sejak 2010 ketika dia bersiap meninggalkan Amerika untuk pergi ke sebuah negara dan bergabung dengan kelompok bawah tanah yang tidak diketahui," demikian pernyataan FBI.

Dalam merespons permintaan itu, FBI lalu menyisir database-nya dan mewawancarai Tamerlan dan anggota keluarganya. Hasilnya, FBI tidak menemukan bukti bahwa pria itu terkait dengan kelompok teror. FBI menyatakan, "FBI tidak menemukan aktivitas terorisme apa pun, baik domestik maupun luar negeri, dan hasil itu telah diberikan kepada pemerintah asing pada musim panas 2011. FBI diminta, tapi tidak menerima informasi tambahan atau spesifik dari pemerintah asing."

"Mereka semua takut pada Tamerlan," kata Zubeidat soal pemerintah Amerika. "Mereka ingin mengeliminasinya sebagai ancaman karena dia mencintai Islam. Selama lima tahun terakhir, mereka mengikutinya."

Kehilangan putra-putranya, kata Zubeidat, membuah ia lemah. Dia menggambarkan perasaan sakitnya, di mana dia harus memanggil ambulans setiap 2,5 jam. "Aku tidak tahu bagaimana hidup seperti ini," kata dia.

ABC NEWS | AMIRULLAH

Topik Terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Kasus Cebongan


Berita Lainnya:

Ibu Pelaku Bom Boston: Semua Ini Jebakan!
2 Mantan Presiden PKS Ziarah ke Makam Raden Patah
Generasi Penerus Preman Yogya
Ayah Pelaku Bom Boston: Katakan Semua ke Polisi
Gun Jack, Legenda Preman dari Kampung Badran

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya