Pollard, Analis AS yang Jadi Mata-mata Israel

Reporter

Editor

Abdul Manan

Rabu, 20 Maret 2013 22:16 WIB

Jonathan Pollard.

TEMPO.CO, Yerussalem - Presiden Israel Simon Peres berencana meminta pembebasan mata-matanya, Jonathan Jay Pollard, saat bertemu Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang saat ini sedang berkunjung ke negara itu. Pollard divonis penjara seumur hidup dan kini masih menjalani hukumannya di Penjara Carolina Utara. Obama tiba di Tel Aviv, Rabu 20 Maret 2013.

Bagaimana ceritanya sehingga aksi pengkhianatan Pollard, yang saat itu masih berstatus sebagai analis Angkatan Laut Amerika Serikat, bisa terbongkar?

Situs intelnews.org, pada 11 Juni 2012 lalu, menulis soal ini dengan mengutip wawancara reporter dan produser untuk Radio BBC program Witness, Mike Lanchin, dengan Ron Olive, mantan Asisten Agen Khusus Kontra-intelijen Angkatan Laut AS, yang pada Juni 1986 membongkar kasus ini.

Menurut Olive, ia dan timnya butuh waktu lebih dari enam bulan untuk mengumpulkan bahan untuk memulai kasus melawan Pollard. Berdasarkan hasil tim investigasinya, Pollard mencuri banyak dokumen yang berklasifikasi sangat rahasia, melebihi dari mata-mata lainnya dalam sejarah negara ini, meski hanya dalam periode yang singkat.

Investigasi yang dilakukan tim Olive menunjukkan bahwa kontak pertama Pollard dengan intelijen Israel terjadi tahun 1984, hampir tak lama setelah ia mulai bekerja untuk Kantor Intelijen Angkatan Laut (US Office of Naval Intelligence -ONI). Kantor Olive mulai waspada setelah Pollard terlihat meninggalkan kantornya membawa amplop cokelat di bawah lengannya saat ia bersama koleganya di ONI.

Reaksi Olive awalnya meremehkan dan tahu bahwa Pollard tak cukup cerdas untuk melaksanakan aksi spionase. Tapi ia setuju untuk mengawasinya. Ternyata, analis AL itu didapati sering meninggalkan kantornya dengan membawa amplop cokelat berisi dokumen.

Akhirnya, Olive, bersama agen FBI, menggeledah rumah Pollard, di mana mereka kemudian menemukan dokumen dengan klasifikasi rahasia dalam jumlah banyak di kamar mandi dan di bawah kasurnya.

Dalam pemeriksaan, Pollard mengatakan kepada badan kontraintelijen bahwa ia sering membawa bahan-bahan ke rumah karena ia tak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan tugas administrasinya di kantor. Kata Olive, agen FBI mempercayai alasan itu dan tak meneruskan pengusutan kasus ini.

Tapi Olive bertahan dan menginginkan agar Pollard diuji dengan alat pendeteksi kebohongan. Setelah Pollard menolak tes itu, Olive menginterogasinya selama 3 jam, di mana akhirnya sang analis menyerah dan mengaku bahwa dia dibayar lebih dari US$ 30 ribu oleh handler-nya sebagai balasan atas aksi mata-matanya itu.

Pollard akhirnya ditangkap tahun 1985 setelah ia dan istrinya, Anne, berusaha –tapi gagal– untuk mendapatkan suaka di Kedutaan Besar Israel di Washington DC.

Siapa yang menjadi handler Pollard? Pengadilan atas kasus Pollard akhirnya menyebut nama Kolonel Aviem Sella, veteran di Angkatan udara Israel, sebagai orang yang merekrutnya. Saat itu, Sella baru lulus dari New York University, setelah meninggalkan posisinya sebagai kolonel karena ingin mengejar gelar master dalam ilmu komputer.

Usai perkenalan dengan Sella awal 1984, Pollard mulai memberikan informasi rahasia kepadanya. Imbalannya, Pollard mendapatkan uang tunai $10 ribu dan cincin berlian dan saphir sangat mahal, yang akhirnya digunakannya untuk menikah dengan pacarnya, Anne. Pollard juga dikabarkan setuju menerima $1.500 per bulan untuk aktivitas mata-mata berikutnya.

Sebagian rincian kasus Pollard ini masih tetap dirahasiakan. Namun dokumen yang baru-baru ini dibuka, yaitu Dokumen Penilaian Kerusakan oleh CIA tahun 1987 menyatakan, instruksi yang diterima Pollard adalah terutama untuk memberikan Israel dengan data intelijen Amerika soal dukungan militer Uni Soviet terhadap negara Arab. Termasuk informasi mengenai bahan kimia dan senjata biologi negara Arab.

Pollard dilaporkan mengirimkan satu koper penuh berisi salinan dokumen rahasia ke Israel setiap dua minggu. Dokumen penilaian CIA itu juga menyatakan, pengungkapan informasi yang dilakukan Pollard itu menimbulkan risiko yang berlipat ganda terhadap sumber-sumber intelijen Amerika dan metodenya, serta bagi kepentingan kebijakan luar negeri Amerika.

Intelnews.org | New York Times | Abdul Manan

Berita terkait

UEA Cegat Rudal Houthi, Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel

31 Januari 2022

UEA Cegat Rudal Houthi, Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel

Uni Emirat Arab berhasil mencegat sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi dari Yaman ketika negara Teluk itu menjamu Presiden Israel

Baca Selengkapnya

Biro Travel Khawatirkan Larangan Turis Berpaspor Indonesia Masuk Israel

31 Mei 2018

Biro Travel Khawatirkan Larangan Turis Berpaspor Indonesia Masuk Israel

Aturan pelarangan masuk Israel bagi turis berpaspor Indonesia membuat banyak tamu mempertanyakan hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Amerika di Israel Akan Pindah ke Yerusalem

29 Agustus 2017

Kedutaan Besar Amerika di Israel Akan Pindah ke Yerusalem

Netanyahu menunjukkan ekspresi penghargaannya kepada Trump dan pemerintahannya yang selama ini memberikan dukungan kuat bagi Israel.

Baca Selengkapnya

Kesepian, Monyet Rawat dan Bermain dengan Anak Ayam

26 Agustus 2017

Kesepian, Monyet Rawat dan Bermain dengan Anak Ayam

Niv, monyet dari spesies Macaque telah menghabiskan waktunya dengan menjaga, membelai, membersihkan, dan bermain dengan seekor anak ayam.

Baca Selengkapnya

Gereja Ortodoks Yunani Protes Israel Propertinya Dijual ke Yahudi

15 Agustus 2017

Gereja Ortodoks Yunani Protes Israel Propertinya Dijual ke Yahudi

Pemimpin Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem tolak keputusan pengadilan Israel yang menyetujui penjualan properti gereja ke ke perusahaan Yahudi.

Baca Selengkapnya

Israel akan Tutup Kantor Berita Al Jazeera

7 Agustus 2017

Israel akan Tutup Kantor Berita Al Jazeera

Israel menganggap siaran berita Al Jazeera bersifat menghasut.

Baca Selengkapnya

Sensitivitas Al-Aqsa dan Kebijakan Israel

26 Juli 2017

Sensitivitas Al-Aqsa dan Kebijakan Israel

Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.

Baca Selengkapnya

Ditembaki Rudal, Israel Balas Serang Pos Hamas di Gaza  

24 Juli 2017

Ditembaki Rudal, Israel Balas Serang Pos Hamas di Gaza  

Tank milik Israel menyerang pos pemantau milik Hamas di Gaza, Senin, 24 Juli 2017, sebagai balasan atas tembakan rudal dari arah perbatasan Palestina.

Baca Selengkapnya

Israel Akan Membangun Pulau Buatan di Gaza

14 Mei 2017

Israel Akan Membangun Pulau Buatan di Gaza

Trump akan tiba di Yerusalem pada 22 Mei 2017 untuk membicarakan masalah perdamaian antara Israel dan Palestina.

Baca Selengkapnya

Bahasa Arab Akan Dihapus dari Bahasa Resmi Israel  

9 Mei 2017

Bahasa Arab Akan Dihapus dari Bahasa Resmi Israel  

Sejumlah menteri dalam kabinet Israel menyetujui RUU kontroversial yang akan menghapus status bahasa Arab sebagai bahasa resmi Israel.

Baca Selengkapnya