Menantu Bin Laden Diterbangkan ke New York

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Jumat, 8 Maret 2013 07:32 WIB

Abu Ghaith, menantu Osama bin Laden

TEMPO.CO, New York - Menantu mantan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, diterbangkan dari Turki ke New York, Amerika Serikat. Suleiman Abu Ghaith, seorang militan yang muncul di video mewakili Al Qaeda setelah serangan 11 September tahun 2001, dibawa ke AS dalam sebuah operasi yang dipimpin oleh otoritas Yordania dan FBI, kata seorang sumber pada Reuters. Ia semula ditahan di Turki.

Pemerintah Turki mendeportasinya ke Yordania, kata sumber tersebut, di mana pihak berwenang setempat dan FBI mengambilnya.

Para pejabat AS, termasuk Jaksa Agung Eric Holder mengumumkan dakwaan pada hari Kamis, mengatakan ia akan diseret ke Pengadilan Distrik AS di Manhattan, yang letaknya hanya beberapa blok dari lokasi World Trade Centre, yang hancur dalam serangan 11 September.

Abu Ghaith menjadi salah satu petinggi Al Qaeda yang dibawa ke Amerika Serikat untuk diadili dalam pengadilan sipil. Ketika Holder sebelumnya mengumumkan rencana untuk mencoba terdakwa dalam pelaku serangan 11 September di gedung pengadilan yang sama, ia dipaksa untuk mundur oleh oposisi publik, dan pengadilan dipindahkan ke pangkalan militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Surat dakwaan yang salinannya diperoleh Reuters menyebut Abu Ghaith bertindak dalam konspirasi yang "akan melakukan pembunuhan terhadap warga negara Amerika Serikat di mana saja di dunia."

Selain itu, "Abu Ghaith mendesak orang lain untuk bersumpah setia kepada bin Laden, berbicara atas nama dan untuk mendukung misi Al-Qaeda, dan memperingatkan bahwa serangan serupa 11 September 2001 akan terus berlanjut."

Dakwaan juga mengutip pertemuan Mei 2001 di sebuah rumah di Kandahar, Afghanistan, dimana Abu Ghaith mendesak tamu untuk bersumpah setia kepada bin Laden, dan bin Laden disebut-sebut memanggil Abu Ghaith pada malam 11 September, meminta bantuannya.

Bin Laden dan Abu Ghaith tampil bersama keesokan paginya, ketika memperingatkan Amerika Serikat dan sekutunya bahwa "tentara yang besar akan melawan Anda" dan bahwa "kaum Muslim akan melakukan pertempuran melawan orang-orang Yahudi, Kristen dan Amerika."

Sumber-sumber AS menunjukkan bahwa, sementara peran CIA dalam penangkapan Abu Ghaith tidak dapat dikesampingkan, FBI mengambil peran utama dalam operasi di bawah naungan badan yang dikenal sebagai High-value Detainee Interrogation Group.

Kelompok ini diciptakan oleh pemerintahan Obama setelah presiden memerintahkan penutupan sebuah program CIA di mana tersangka militan ditahan dan disimpan dalam jaringan penjara rahasia selama pemerintahan Presiden George W. Bush. Para tersangka kadang-kadang mengalami kekerasan fisik dan psikis saat interogasi dan juga kadang-kadang dipindahkan tanpa proses pengadilan ke negara-negara ketiga di bawah prosedur yang dikenal sebagai "rendisi luar biasa."

Peter King, politikus senior Partai Republik yang juga duduk di Komite Intelijen Kongres menyatakan penangkapan Ghaith adalah sebuat prestasi. "Saya memuji CIA dan FBI, sekutu kita di Yordania, dan Presiden (Barack) Obama untuk menangkap juru bicara al-Qaeda Sulaiman Abu Ghaith. Saya percaya ia akan menghadapi pengadilan cepat dan pasti," katanya dalam sebuah pernyataan.

REUTERS | TRIP B

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya