TEMPO.CO, Teheran - Menteri Kebudayaan Iran, Mohammad Hosseini menyebut film pemenang Oscar Argo sebagai propaganda anti-Iran dan "sangat CIA". Film, yang berkisah tentang pembebasan enam sandera Amerika Serikat dari Kedutaan Besar-nya di Teheran yang terkepung pada tahun 1979, belum diputar di bioskop manapun Iran.
"Film ini adalah sebuah film anti-Iran. Ini bukan film yang berharga dari sudut pandang artistik," katanya, seperti dikutip kantor berita resmi IRNA. Dia mengatakan Hollywood memiliki tradisi mendistorsi sejarah sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai "perang secara halus".
Tak hanya Hosseini yang bersuara tentang film ini. Televisi pemerintah Iran menyebut film itu merupakan "sebuah iklan untuk CIA."
Stasiun Mehr juga menyebut penghargaan Oscar atas film ini bermotif politik. Mereka menyoroti tampilnya Michelle Obama di Gedung Putih yang bergabung dengan Jack Nicholson melalui video di Los Angeles saat memberikan penghargaan itu sebagai buktinya.
Film ini memicu perdebatan lintas gerenasi di Iran. Banyak warga yang secara sembunyi-sembunyi membeli DVD bajakan film ini seharga 30 ribu riyal Iran, atau kurang dari US$ 1.
Pembelinya kebanyakan adalah kaum muda yang tak pernah mengalami kejadian tahun 1979. "Saya ingin tahu sisi lain Revolusi Iran dari yang selama ini saya dengar," kata Shieda, mahasiswa Universitas Teheran berusia 21 tahun.
Sebanyak 52 orang warga AS disandera selama 444 hari di kantor kedutaan. Beberapa staf berhasil menyelamatkan diri ke Kantor Kedutaan Kanada dan operasi pembebasan mereka dirancang dengan dalih pembuatan film palsu berjudul "Argo."
Anggota Dewan Kota Teheran, Masoomeh Ebtekar, yang merupakan salah satu mahaasiswa yang turut menduduki kantor kedutaan AS, mengatakan adegan kekerasan dalam film itu terlalu dilebih-lebihkan. Ia menyatakan, sebagian besar penyandera adalah mahasiswa, bukan militan atau anggota Garda Revolusi seperti diceritakan dalam film.
Sebaliknya, pensiunan guru Reza Abbasi mengatakan film itu realistis. "Saya tahu di Hollywood biasanya mengubah realitas untuk membuatnya menjadi menarik bagi pecinta film, tetapi film ini justru mendekati realitas," katanya.